News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Rawat Tradisi Menulis, PSI Luncurkan Buku “Ekspresi Politik Milenial”

Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Partai Solidaritas Indonesia (PSI) meluncurkan buku “Ekspresi Politik Milenial: Dari Anak-anak Muda untuk Indonesia” di Basecamp DPP PSI, Jakarta Pusat, Rabu (22/1/2020).

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Partai Solidaritas Indonesia (PSI) meluncurkan buku “Ekspresi Politik Milenial: Dari Anak-anak Muda untuk Indonesia”.

Buku ini merupakan kumpulan tulisan sejumlah orang, termasuk Ketua DPP PSI Tsamara Amany, mengenai kiprah dan gagasan PSI.

Sebagian besar penulis bukan merupakan pengurus atau kader PSI.

Dalam sambutannya, Sekjen DPP PSI Raja Juli Antoni mengatakan bahwa walau PSI gagal lolos ke DPR karena tidak memenuhi parliamentary threshold atau ambang batas parlemen di Pemilu 2019, PSI telah berhasil menghadirkan wacana baru dalam isu-isu kepartaian Indonesia.

“Salah satu keunikan PSI, kalau boleh saya klaim, adalah PSI ini menjadi sumber diskursus baru dalam landscape politik di Indonesia. Hampir tiap minggu kantor DPP PSI ini didatangi mahasiswa, entah itu untuk penelitian pendek, tesis, disertasi. Ada yang dari dari Monash University Australia atau kampus di Jepang. Orang penasaran, sampai para peneliti dan akademisi juga tertarik melakukan penelitian mendalam tentang apa yang dilakukan PSI,” kata Toni di Basecamp DPP PSI, Jakarta Pusat, Rabu  (22/1/2020).

Partai Solidaritas Indonesia (PSI) meluncurkan buku “Ekspresi Politik Milenial: Dari Anak-anak Muda untuk Indonesia” di Basecamp DPP PSI, Jakarta Pusat, Rabu (22/1/2020).

Melalui buku ini juga, Toni menegaskan tujuan PSI bukan semata-mata mengejar kekuasaan politik.

Lebih dari itu, PSI berupaya mengawal perjalanan bangsa untuk sampai pada cita-cita bersama.

“Sebagai partai baru, kita (PSI) sudah memberikan jejak baru di mana kita bisa memantik gagasan, diskursus dan perdebatan baru tentang dinamika politik Indonesia yang tidak melulu tentang kekuasaan dan bagi-bagi jabatan. Tetapi ada sebuah diskursus jangka panjang tentang bagaimana kehidupan kita sebagai sebuah bangsa disemai dan dipupuk,” tambah Toni.

Sebagai pembicara, Tsamara Amany mengatakan, buku ini merupakan upaya PSI untuk menghidupkan kembali tradisi menulis yang mulai ditinggalkan.

Padahal, para pendiri bangsa Indonesia sering menuangkan ide dan gagasannya dalam bentuk tulisan.

“Menurut saya, ini tradisi yang sangat penting dan baik sekali untuk perpolitikan di Indonesia. Kenapa? Karena tradisi politik Indonesia saat ini sangat jauh dari tradisi menulis belakangan ini. Padahal kalau kita kembali ke masa sebelum kemerdekaan, diskursus politik kita itu dibangun dari tulisan-tulisan yang bernas. Itu masalahnya, kenapa kita dulu bisa menghasilkan politisi dengan kualitas Sutan Sjahrir, Soekarno, Mohammad Hatta, tapi sekarang tidak bisa?” ucap Tsamara.

Kendati demikian, Tsamara menyebut buku setebal 347 halaman tersebut tidak melulu soal apresiasi, melainkan menyertakan tulisan kritis atas gaya politik milenial.

Perihal itu, PSI berterima kasih atas kritikan-kritikan yang disampaikan para penulis dalam buku itu.

Anggota DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PSI, William Aditya Sarana, yang turut menyumbangkan tulisan dalam buku tesebut mengungkapkan, dirinya menemukan ruang aspirasi politik anak muda yang luas di PSI.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini