Ia menuturkan, kesempatan untuk menjadi anggota legislatif di usia yang masih sangat muda tidak mungkin ada jika ia bergabung dengan partai lain yang cenderung hirarkis dan tertutup.
“Di PSI, saya melihat tidak ada entry barrier (penghalang) bagi anak muda yang ingin terjun ke politik praktis. Kalau di partai lain, mustahil saya bisa menjadi anggota legislatif seperti sekarang ini. Dulu, saya bukan siapa-siapa dan tidak menjadi pengurus PSI,” kata legislator pembongkar anggaran lem aibon itu.
Apresiasi juga terlontar dari CEO Alvara Research Center, Hasanuddin Ali, yang menjadi pemantik diskusi.
Ia melihat PSI memiliki daya tarik sehingga mampu membangkitkan gairah politik anak muda yang cenderung apatis.
“Saya menemukan ada daya tarik PSI bagi anak-anak muda Indonesia dan politik secara umum. Pertama, PSI mampu membongkar kejumudan politik Indonesia, yang identik dengan orang-orang tua, tidak menarik, dan isinya serius,” pungkas Hasanuddin.
Kedua, daya tarik PSI terletak pada keberhasilannya meraup suara yang cukup tinggi dalam sejarah eksperimen partai politik berbasis anak muda. Dalam sejarah partai politik yang merepresentasikan anak-anak muda, hanya PSI yang mampu meraih suara di atas 1 persen.
Terakhir, kata Hasanuddin, PSI berani membicarakan sesuatu yang tabu, misalnya sikap anti-poligami, sehingga mengundang perhatian politik anak muda.
Acara peluncuran buku dan diskusi ini dimoderatori oleh Jubir DPP PSI, Dedek Prayudi. Peluncuran ditandai penyerahan buku secara simbolis dari Abd Rohim Ghazali sebagai penyunting buku kepada Sekjen DPP PSI Raja Juli Antoni.
Dalam sambutannya, Rohim mengatakan, “Saya tulisan-tulisan pilih yang agak moderat. Kalau yang menyanjung tanpa sikap kritis, tidak saya masukkan. Saya pilih yang mengulas dengan elegan dan memasukkan kritik.”