Bahkan mereka mengaku sempat menerima banyak ancaman dari pemilik sirkus yang terkadang menyewa orang untuk melakukan intimidasi.
Kendati demikian, Dolphin Project memberikan apresiasi terhadap keputusan pemerintah ini.
"Para pembuat keputusan saat ini di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah benar-benar membalikkan keadaan, menempatkan etika di atas keuntungan," ujarnya.
"Dengan demikian, sirkus lumba-lumba keliling tidak ada lagi dalam sejarah sebagai satu diantara pertunjukan lumba-lumba paling kejam yang pernah dijalankan," tegasnya.
Diketahui, lumba-lumba yang direkrut untuk sirkus keliling telah dipindahkan dari desa ke desa, dari kota ke kota, untuk jangka waktu empat minggu di setiap lokasi.
Tim Dolphin Project di Indonesia mendokumentasikan perjalanan mereka dan mendapatkan rekaman lumba-lumba yang menghabiskan waktu hingga tiga hari di dalam kotak- peti mati.
Mereka diangkut ke berbagai pulau di Indonesia seperti Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Jawa untuk pertunjukan.
Mamalia yang hidup di laut ini dipaksa untuk tampil di kolam kecil yang airnya mengandung klorin.
Klorin adalah bahan kimia yang biasanya digunakan dalam kolam renang.
Dan ini cukup bahaya pada mata manusia jika penggunaannya secara berlebihan.
Dalam pertunjukan sirkus tersebut, lumba-lumba ini harus tampil menghibur publik sebanyak lima kali di setiap harinya.
Hewan mamalia ini hanya diberi makan ikan kecil selama pertunjukan untuk membuat mereka lapar dan bersedia untuk menghibur.
Mereka juga dipaksa untuk melompat melalui lingkaran dan menari dengan volume tinggi.
Hal ini merupakan rutinitas para lumba-luumba yang diulangi berkali-kali.