Ganjar pun menanyakan sumber uang berangkat ke Suriah.
"Anggota (keluarga) banyak menjual aset-aset di sini, saya tinggal sendiri dan hidup ngekost sendiri," ungkapnya..
Febri juga menyampaikan, awalnya keluarga besar hanya ingin berobat ke Suriah.
Selain itu juga mencari pekerjaan yang layak sesuai iming-iming.
"Faktanya sangat berbanding terbalik pak, kita tidak mendapatkan apa-apa bahkan pemaksaan yang ada di sana," tegas dia.
"Yang laki-laki dipaksa perang, yang perempuan dipaksa menikah."
Ia menyebut pria yang menikahi para wanita adalah para kombatan.
"Beberapa anggota kekuarga itu suka diminta oleh kombatan-kombatan di sana untuk menikah karena bagi pihak ISIS itu, jihadnya wanita itu adalah menikah di sana, dan laku-laki harus berperang," tutur Febri.
"Padahal di propagandanya sebelumnya tidak dibilang seperti itu, kita tidak diwajibkan berperang kita bebas tinggal di sana, bebas mendapatkan fasilitas tapi kenyataannya (tidak)."
"Bahkan orang-orang sipil di sana yang tidak mau bergabung dengan pihak ISIS pun tidak mendapat fasilitas, bahkan dikucilkan," imbuhnya.
Pencarian Keluarga
Febri juga mengungkap sulitnya mencari keluarga besarnya di Suriah.
Tak sebentar, ia baru bisa melihat keluarga setelah 5 bulan kemudian berjuang dan mencari di berbagai kota.
Dirinya pun sempat tertangkap dan juga ditahan.
Baca: Turki Menembak Jatuh Pesawat Pasukan Suriah Ketiga Setelah Saraqeb Direbut