TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane menuturkan berdasar keterangan resmi jumlah korban yang terkonfirmasi terkena virus Corona di Indonesia sudah mencapai 27 orang.
Tapi Neta menyangkan pemantauan serius yang dilakukan pemerintah baru hanya terfokus pada warga Indonesia yang baru pulang dari luar negeri.
"Sementara pemantauan terhadap para pekerja asal RRC yang ada di Indonesia sepertinya terabaikan. Bahkan Jubir Khusus Corona belum pernah memaparkan bagaimana sesungguhnya, kondisi para pekerja asal RRC yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia tersebut," kata Neta kepada Warta Kota, Rabu (11/3/2020).
"Sebab itu IPW berharap Dokkes Polri turun tangan membantu pemerintah mencermati, memantau, dan mempublikasikan perkembangan kesehatan para pekerja asal RRC tersebut.
"Selama ini pemerintah maupun juru bicara kasus Corona, sama sekali tidak pernah mempublikasikan keberadaan isu Corona di kalangan pekerja asal RRC, apakah mereka semua aman dan terbebas dari virus atau tidak," kata Neta.
Baca: Ini Faktor Penyebab Satu Pasien Positif Virus Corona Meninggal Dunia
Baca: Riwayat Penyakit Pasien Corona yang Meninggal Dunia di Indonesia: Diabetes hingga Hipertensi
Dari data yang dihimpun IPW, menurut Neta, saat ini di bulan Maret 2020, di Indonesia jumlah tenaga kerja resmi asal RRC ada 40.357 orang.
Naik 8.148 orang dibandingkan tahun 2018.
"Mereka tersebar di berbagai daerah di Indonesia, untuk mengerjakan berbagai proyek, mulai dari infrastruktur hingga pembangkit listrik," katanya.
Di antaranya di Buleleng Bali, di Batang Jawa Tengah, di Langkat Sumut, Cilacap Jateng, Gunung Mas Kalteng, Batam, Gorontalo Utara, Nagan Raya Aceh, Bengkulu Tengah, Jember Jatim, Meikarta Bekasi, Manokwari Papua, Tanjungbalai Karimun, Cilengon Banten, Samarinda Kaltim, Morowali Sulteng dan lainnya.
"Terbanyak tenaga kerja asal RRC diperkirakan berada di Meikarta Bekasi dan Morowali. Jumlah di kedua tempat itu lebih dari 6.000 orang," kata dia.
Melihat banyaknya jumlah pekerja asal RRC tersebut, Neta menilai sudah saatnya pemerintah bersikap serius mencermatinya.
"Jubir Corona harus menjelaskan kesehatan para pekerja itu secara terang benderang. Dan Polri lewat Dokkesnya perlu turun tangan membantu, mengingat Polri memiliki anggota hingga ke polsek. Sehingga masyarakat tidak resah dan mendapat kepastian mengenai isu virus Corona," ujar Neta.
Sebelumnya, Meikarta secara tegas membantah penyataan adanya 3.000 Tenaga Kerja Asing (TKA) asal China yang ilegal bekerja diproyeknya.
Sebelumnya, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Bekasi, Budiyanto menyebut diduga ada 3.000 Tenaga Kerja Asing (TKA) asal China ilegal yang bekerja di proyek Meikarta, Cikarang.
Hal itu diungkap setelah pihaknya bersama Dinas Ketenagakerjaan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi melakukan pemeriksaan virus corona terhadap sejumlah TKA China di kawasan industri.
"3.000 pekerja asing kerja di Meikarta tidak benar atau hoax," kata Direktur Komunikasi Meikarta, Danang Kemayan Jati dalam keterangannya yang diterima Wartakotalive.com, pada Selasa (11/2/2020).
Danang menjelaskan dalam membangun Meikarta, pihaknya menggunakan jasa kontraktor.
Kontraktor tersebut memiliki 86 pekerja Warga Negara Asing (WNA) dari total 5.000 pekerja Warga Negara Indonesia (WNI).