TRIBUNNEWS.COM - Kerajaan Belanda yang diwakili Raja Belanda Willem Alexander resmi menyerahkan keris peninggalan Pangeran Diponegoro ke pemerintah Indonesia yang diwakili Presiden Jokowi.
Serah terima keris bernama Naga Siluman tersebut dilakukan di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Selasa (10/3/2020).
Kembalinya keris peninggalan Pangeran Diponegoro dari kerajaan Belanda mencuri perhatian sejumlah kalangan, tidak terkecuali budayawan di tanah air.
Guru Besar Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS), Prof. Dr. Bani Sudardi, M.Hum membeberkan sejumlah hal menarik dari keris yang sudah atusan tahun berada di Belanda tersebut.
Berikut ulasan lengkap untuk mengenal lebih dekat keris peninggalan Pangeran Diponegoro.
Baca: Perjalanan Panjang Keris Naga Siluman Pangeran Diponegoro Sebelum Kembali ke Indonesia
Keris dalam Kebudayaan Nusantara
Prof Bani menjelaskan keris pada dasarnya merupakan bagian dari kebudayaan Nusantara.
Artinya, keris tidak hanya dikenal di tengah-tengah masyarakat Jawa saja.
Namun juga akrab di masyarakat lainya sejumlah wilayah, seperti Sumatera, Bali, Lombok, hingga Negeri Jiran Malaysia.
"Yang mana daerah-daerah tersebut telah memilik pengetahuan tentang pengelolaan logam pada zaman dahulu" ujar Bani kepada Tribunnews.
Dari kacamata filosofis, keris sendiri dipandang sebagai sebuah manifestasi anatir-anatir (unsur alam) yang bercampur menjadi satu.
Bani menjelaskan anatir di dalam keris terdiri dari unsur tanah, api, air dan langit.
"Unsur langit keris kan dari meteor. Sedangan unsur api, keris dalam proses nya dibentuk dengan cara dibakar. Dalam proses ini unsur air juga tidak bisa di pisahkan. Sedangan besi yang terkandung di keris sebagai perwakilan unsur tanah," beber Bani.
Dalam filosofi masa lalu, bercampur unsur-unsur di atas disebut dengan Manunggaling Kawulo Gusti.