News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Mengenal Lebih Dekat Keris Peninggalan Pangeran Diponegoro, dari Makna Filosofis hingga Simbolis

Penulis: Endra Kurniawan
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mengenal Lebih Dekat Keris Peninggalan Pangeran Diponegoro, dari Makna Filosofis hingga Simbolis

Bani mencotohkan ada keris yang difungsikan sebagai penolak marabahaya.

"Misalnya untuk menjaga dari bahaya kebakaran disebut dengan keris kiyai tulang ngeni. Jadi setiap jenis keris memiliki fungsi yang berbeda-beda," terangnya.

Baca: Keris Pangeran Diponegoro yang Dikembalikan Raja Belanda Itu Bernama Kyai Kanjeng Naga Siluman

Keris Naga Siluman Pangeran Diponegoro

Raja Belanda Willem Alexander menyerahkan sebilah keris milik Pahlawan Nasional Pangeran Diponegoro kepada Presiden Joko Widodo. Keris itu diserahkan secara simbolis saat pertemuan Raja Willem dan Jokowi di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Selasa (10/3/2020). (Biro Pers Sekretariat Presiden)

Keris yang dimiliki Pangeran Diponegoro berjuluk Naga Siluman.

Bani membeberkan, Naga Siluman sendiri bukanlah nama, melainkan tipe atau sebutan untuk model suatu keris.

" Itu salah satu bentuk keris atau tipe. Selain Naga Siluman ada tipe keris bernama Naga Sosro atau keris Sabuk Inten," katanya.

Bani menjelaskan pemilihan keris Naga Siluman sebagai 'pengangan' Pangeran Diponegoro tidak lepas model perang gerilya.

"Keris itu menyesuaikan kepentingannya sebagai Senopati. Maka perjuwudan naga diambil untuk menakut-nakuti musuh"

" Sedangan siluman diambil untuk menggambarkan perang gerilya yang sembunyi sembunyi. Naga yang selalu menghilangkan sehingga disebut naga siluman," terang Bani.

Terkahir, Bani memandang adanya persegseran pemaknaan keris di era modern saat ini.

Kini keris bukan lagi dianggap berbagai senjata, melainkan sebagai artefak atau barang komersil.

"Sekarang jadi aksesoris saja. Atau untuk orang punya hajat Dan juga jadi barang dagangan"

" Ada pergeseran makna dan sudah bukan masanya lagi," tutupnya.

(Tribunnews.com/Endra Kurniawan)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini