TRIBUNNEWS.COM - Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) sekaligus mantan Wakil Presiden Indonesia Jusuf Kalla (JK) menilai jumlah orang di Indonesia yang menjalani tes virus corona (Covid-19) masih terlalu sedikit.
Menurutnya, jumlah pasien yang dinyatakan positif terinfeksi corona pun masih terbilang rendah.
Padahal, JK mengatakan, jumlah tersebut mungkin saja jauh lebih besar dari yang diketahui saat ini.
Baca: Peta Corona di 10 Provinsi di Indonesia, Pasien Positif hingga Meninggal
Menurutnya, dalam hal ini, pemerintah bukan menyembunyikan datanya melainkan jumlah orang yang menjalani pemeriksaan dinilai masih kurang.
"Angka di Indonesia kita ini tentu ada hal-hal yang bukannya disembunyikan tapi kurangnya orang dites karena cuma ada satu lab," kata JK dalam wawancaranya yang ditayangkan kanal Youtube Najwa Shihab, Kamis (19/3/2020).
"Akibat cuma satu lab itu, maka yang diketemukan positif tidak terlalu banyak, padahal potensinya mungkin jauh sangat besar," sambungnya.
JK pun menilai pemerintah terlambat dalam melakukan tes secara masal.
"Sebenarnya yang dibuka, bisa saja semuanya (sudah) dibuka.
Persoalannya, kita telat untuk mengetes banyak orang," tutur JK.
Ketua PMI tersebut kemudian membandingkan jumlah orang diperiksa di Indonesia dan di Korea Selatan.
Baca: Antisipasi Virus Corona, Penyemprotan Disinfektan Dilakukan kepada Tamu dan Pegawai Kantor Wapres
"Contohnya sampai beberapa hari lalu baru 1.000 lebih (yang diperiksa), sekarang dilaporkan sudah 2.000 lebih, karena itu langsung juga naik itu jumlah yang positif," kata JK.
"Kalau di Korea misalnya, mereka langsung mengetes 200 ribu masyarakatnya kemudian tentu ditemukan juga 8.000," tambahnya.
Diberitakan Tribunnews.com sebelumnya, hingga Rabu (18/3/2020), dilaporkan terdapat 227 pasien positif corona di Indonesia.
Sementara itu, 19 pasien dinyatakan meninggal dunia dan 11 di antaranya telah sembuh.