News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Imam Salat Masjid Istiqlal Cerita Sejarah Nabi Ketika Harus Salat di Rumah saat Wabah

Editor: Imanuel Nicolas Manafe
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Umat Islam melaksanakan Salat Zuhur berjamaah di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Jumat (20/3/2020). Masjid Istiqlal tidak menggelar Salat Jumat sesuai kebijakan Majelis Ulama Indonesia (MUI), Pemerintah Pusat dan daerah untuk mengurangi penyebaran COVID-19, namun menggelar Salat Zuhur berjamaah. Tribunnews/Jeprima

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Masjid Istiqlal mengganti salat Jumat dengan salat Zuhur sampai dua pekan ke depan guna mencegah penyebaran virus corona atau Covid-19.

Pantauan TribunJakarta.com, Jumat (20/3/2020), Masjid Istiqlal mengganti  Jumatan dengan salat Zuhur berjemaah.

Baca: Cegah Sebaran Virus Corona, Kemendikbud Ajak Mahasiswa Tingkat Akhir Bidang Kesehatan Jadi Relawan

Husni Ismail, imam salat Zuhur sekaligus pengelola Masjid Istiqlal, bercerita sejarah Nabi Muhammad SAW terkait salat saat wabah melanda. 

Apa yang dilakukan Masjid Istiqlal sekarang dengan mengganti salat Jumat dengan salat Zuhur, berkaitan untuk mencegah virus corona.

"Di zaman itu, Nabi Muhammad SAW menyuruh Bilal (sahabatnya, red) untuk mengubah lafaz azan hayya 'ala sholah dengan shollu fi rihalikum," kata Husni seusai salat Zuhur di Masjid Istiqlal.

"Sholatlah kalian di rumah masing-masing. Ketika terjadi wabah, nabi menyarankan siapa yang berada di luar wilayah wabah itu menyebar, jangan pernah masuk ke wilayah itu," sambung dia.

"Juga siapa yang berada di dalam wilayah itu, jangan keluar dari wilayah itu. Jadi itu diputus mata rantainya. Itu nabi yang mencontohkan dan melakukannya."

Setelah Nabi Muhammad SAW wafat, para sahabatnya pun meneruskan ajarannya itu.

Satu di antara sahabat, yakni Umar bin Khattab.

"Ini dilakukan oleh para sahabat setelahnya. Jadi Umar bin Khattab juga melakukan hal yang sama," kata Husni.

Pada zaman itu, kata Husni, Umar bin Khattab bersama para sahabat sedang menuju ke Tanah Syam yang saat itu sedang dilanda wabah penyakit.

"Umar menunda perjalanannya dari dari Madinah. Padahal perjalanan dari Madinah menuju Syam sudah cukup jauh, dan kembali ke Madinah," ucap Husni.

Di antara yang ikut, ada sahabatnya yang memprotes kenapa rombongan Umat lari dari takdir.

"Alasannya Umar, kita lari dari takdir yang jelek dan menuju takdir yang baik," lanjutnya.

Baca: DPR Minta Pemerintah Perbanyak Fasilitas Kesehatan Untuk Tangani Pandemi Corona di Indonesia

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini