TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Vonis kepada kedua terdakwa penganiayaan penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Novel Baswedan menjadi polemik.
Sejumlah kalangan menilai, vonis terhadap dua terdakwa terlalu ringan.
Diketahui, putusan hakim Pengadilan Negeri Jakarta Utara terhadap Rahmat Kadir dan Ronny Bugis, menjatuhkan hukuman masing-masing 2 tahun dan 1 tahun 6 bulan penjara.
Baca: Tanggapi Vonis Penyerang Novel Baswedan, Najwa Shihab: Bayangkan Kondisi 10 Tahun Mendatang!
Baca: Soal Vonis Terdakwa Penyerangan Novel, Mahfud MD Curigai Mafia Kasus
Terkait polemik putusan tersebut, praktisi hukum, M Zakir Rasyidin menilai pada prinsipnya, keputusan majelis hakim harus dihormati.
"Prinsipnya harus dihormati, apapun keputusannya," tegas Zakir di Jakarta, Sabtu (18/7/2020).
Ketua Umum Majelis Advokat Muda Nasional Indonesia (Madani) ini menambahkan, dalam hukum ada istilah 'res judicata pro veritate habetur'.
"Yang berarti apa yang diputus hakim harus dianggap benar. Itulah dasar mengapa kita dituntut menghormati putusan hakim," terangnya.
"Semoga Novel bisa menerima dengan vonis tersebut," sambung Zakir.
Sementara itu menyoal vonis hakim yang lebih tinggi dari tuntutan jaksa, Zakir tak terlalu mempermasalahkan. Sebab, kata dia, hak korban sudah diwakilkan kepada JPU dalam Persidangan.
"Kembali lagi bahwa apa yang sudah menjadi ketetapan bisa dikoreksi," urainya.
"Misal Jaksa menilai bahwa putusan hakim tidak sesuai dengan tuntutanya, maka tentu JPU bisa melakukan koreksi dengan melakukan upaya Hukum Banding, jika putusan tersebut dianggapnya melampaui tuntutan JPU," katanya.
Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Soal Vonis Penyerang Novel Baswedan, Praktisi Hukum: Putusan Hakim Harus Dianggap Benar
Reaksi Novel Baswedan
Dilansir TribunnewsMaker, penyidik KPK Novel Baswedan memberi reaksi terkait vonis pengadilan terhadap dua terdakwa tersebut.