TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Upaya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam memberantas korupsi ternyata tak semulus yang dibayangkan. Dalam upaya pemberantasan korupsi itu para koruptor kerap menyerang balik.
Kasus yang mudah diingat ialah serangan air keras terhadap Novel Baswedan.
Penyidik senior KPK itu disiram dengan air keras saat ia pulang menunaikan ibadah salat subuh di masjid dekat rumahnya.
Akibat serangan air keras itu, mata kiri Novel kini buta total 100 persen. Sementara mata sebelah kanannya hanya bisa melihat kurang lebih 40-50 persen.
Namun ternyata bukan hanya dengan menyerang secara fisik, upaya para koruptor agar lepas dari jeratan KPK ternyata juga dilakukan lewat serangan mistis.
Hal tersebut termuat dalam Laporan Tahunan KPK Tahun 2019 yang diluncurkan Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata, pada Senin (27/7/2020) kemarin.
Adalah Koordinator Wilayah (Korwil) II KPK, Dian Patria, yang mendapat serangan mistis itu.
Baca: Teror Pesanan Fiktif di Jungsemi Kendal, dari Pisang hingga Batu Bata, Sasarannya Perempuan
Cerita bermula saat Dian tengah melakukan kegiatan supervisi dan pencegahan korupsi di Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, pada tahun 2017 silam.
Sepulang dari kegiatan pemantauan itu, Dian sering mengalami sesak napas. Meski begitu, ia tetap melanjutkan tugas dengan mengunjungi salah satu daerah di Kalimantan Timur.
Dian meninjau sejumlah area tambang yang memiliki IUP non Clear and Clean dan habis masa berlakunya.
Lantaran sesak napas yang dialaminya begitu mengganggu, Dian kemudian menyempatkan diri berobat ke RS di sela-sela tugasnya.
Saat itulah dokter menyatakan ada cairan di jantung dan paru-paru Dian, sehingga Dian harus dirawat di ruang ICU selama dua pekan dan bertahan dengan bantuan ventilator.
Dari sejumlah dokter yang menanganinya, tidak ada satu pun yang dapat menjelaskan penyakit yang sebenarnya menjangkiti tubuh Dian.
"Saya enggak tahu Mas Dian ini sakit apa," ujar salah satu dokter sebagaimana dikutip dari Laporan Tahunan 2019 yang diunggah di situs KPK.