"Kalau gerakan moral dia akan terbuka terhadap ide dan kritik."
"Kalau tergantung pada mekanisme Dewan Deklalator sebagai pagarnya ini akan menjadi gerakan politik. Karena ada patronnya," ungkap pria 49 tahun ini.
Adian menambahkan gerakan KAMI kurang relevan jika dikatakan sebagai gerakan moral.
Menurutnya sistem yang diterapkan KAMI lebih mengacu ke gerakan politik.
Baca: 2 Aksi KAMI yang Berbeda, Din Syamsuddin Minta Massanya Tak Terprovokasi
"Kalau gerakan moral terbuka, tidak semua orang bisa sama dalam suatu hal."
"Ketika dipagari sedemikian rupa untuk mencegah nilai moralnya di dalam ini serta merta menuju gerakan politik."
"Kalau mau ke gerakan politik, pemilu masih jauh. Apakah mau menjelma sebagai partai politik di kemudian hari, itu bisa saja sebuah kemungkinan," imbuhnya.
Sebelumnya, Presidium KAMI, Din Syamsuddin menegaskan koalisi ini merupakan gerakan moral.
Gerakan moral yang dimaksudnya adalah bergerak berdasarkan nilai-nilai moral antara lain kebenaran, keadilan, kejujuran, dan kemaslahatan.
Tujuan dari gerakan tersebut, kata Din, adalah untuk berjuang menegakkan kebenaran, keadilan, dan menciptakan kesejahteraan sosial.
"Saya ingin tegaskan sesuai jati diri KAMI yang dibacakan dan mohon dipahami oleh segenap pendukung KAMI bahwa KAMI adalah gerakan moral seluruh rakyat Indonesia untuk menegakkan kebenaran, keadilan dan, menciptakan kesejahteraan sosial," kata Din usai membaca deklarasi.
Baca: Politisi PSI: KAMI Seperti Kebelet Kekuasaan, Sebaiknya Tunggu 2024
Din tidak menafikkan model gerakan moral yang dijalani KAMI bukanlah jalan yang tidak sepi dari politik.
Namun, ia menegaskan sekali lagi gerakan politik yang dijalani KAMI berbasis nilai-nilai moral.
"Sebagai gerakan moral mengandung arti kita bergerak berdasarkan nilai-nilai moral dan keberanan yang kita yakini, berdasarkan keadilan yang harus kita tegakkan. Menegakkan kejujuran, menegakkan kemaslahatan, itu namanya nilai-nilai moral."