News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Eksklusif Tribunnews

Anis Matta: Pemerintah dan Partai Oposisi Sama-sama Bingung

Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Rachmat Hidayat
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Umum Partai Gelora Indonesia, Anis Matta (kiri) dan Sekjen Partai Gelora Indonesia Mahfudz Siddiq berfoto bersama usai wawancara khusus dengan Tribun Network di Kantor Redaksi Tribun Network, Jakarta Pusat, Kamis (20/8/2020). Tribunnews/Irwan Rismawan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Anis Matta lebih dikenal sebagai Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), di saat organsasi politik itu tengah dilanda goncangan kuat setelah pimpinan sebelummnya , Lutfhi Hasan Ishaaq (Presiden PKS periode 2010-2013), terjerat kasus korupsi impor daging sapi. 

Namun Anis Matta kemudian memilih hengkang dari PKS dan mendirikan Partai Gelombang Rakyat (Gelora) bersama sejumlah kader PKS yang sehaluan dengan dirinya.

Ketua Umum Partai Gelora Indonesia, Anis Matta saat mendatangi Kantor Redaksi Tribun Network di Jakarta Pusat, Kamis (20/8/2020). Tribunnews/Irwan Rismawan (Tribunnews/Irwan Rismawan)

Lahir pada 28 Oktober 2019, Partai Gelora menerima surat keputusan (SK) sebagai badan hukum dari Kementerian Hukum dan HAM pada 2 Juni 2020. Setelah mendirikan Partai Gelora, Anis Matta bersama pengurus pimpinan nasional melakukan road show ke sejumlah tokoh, termasuk Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Dalam dua kali pertemuan dengan Jokowi, Anis Matta mengaku memberi masukan kepada Presiden terkait bakal munculnya krisis dan pandemi Covid-19 yang mengguncang seluruh sendi kehidupan masyarakat Indonesia, bahkan dunia.

Berikut petikan wawancara eksklusif dengan Anis Matta, di kantor Tribun Network, Jakarta, tepat di awal Tahun Baru 1442 Hijriah, Kamis (20/8).

Setiap kelompok yang mendirikan partai pasti tujuannya meraih kekuasaan. Seandainya saat ini Partai Gelora menjadi partai penguasa dan Anda jadi Presiden RI, apa yang akan Anda lakukan?
Krisis yang diakibatkan pandemi Covid-19 ini begitu besarnya sehingga berada di atas kapasitas pemerintah. Bahkan kalau kapasitas pemerintah dan oposisi digabung, masih belum dapat mengimbangi besarnya krisis itu.

Baca: Anis Matta Sebut Partai Gelora Terbuka Bekerja Sama dengan Semua Partai, Termasuk PKS

Kalau ditanya bagaimana menghadapi krisis ini, pemerintah dan oposisi sama-sama bingung. Daripada kita semua bingung bersama lebih baik kita duduk bersama lalu bicara untuk mencari solusi. Kalau saya jadi pemerintah, pertama mengurus managemen krisis. Soal ini sudah saya sampaikan ketika bertemu Pak Jokowi.

Menurut saya, seharusnya kita membuat tiga klaster dalam situasi krisis seperti saat ini. Klaster pertama yaitu klaster scientist (Ilmuwan). Kumpulkan para scientist besar di Indonesia menjadi satu tim. Biarkan mereka bermusyawaah untuk merumuskan makhluk apa yang namanya corona (covid-19) ini.

Beri saya bahan untuk mengambil keputusan.Mengapa? Masalahnya saat ini fatwa para scientist ini berbeda-beda. Akibatnya muncul ruang manipulasi yang sangat besar, sehingga bisa dipakai sebagai alat dagang.

Baca: Partai Gelora Ingin Jadikan Indonesia Kekuatan Kelima Dunia

Daripada Presiden melakukan banyak kesalahan dalam memberikan arahan, sebaiknya semua kebijakan bertumpu pada hasil musyawarah para scientis nasional itu. Ibaratnya bikin ijma.

Kedua bikin klaster geopolitik. Mengapa? Pademi covid-19 ini sekarang dipakai sebagai senjata dalam konflik geopolitik. Muncul operasi disinformasi yang membuat orang makin bingung-bingung, ini kan luar biasa. Kita harus punya pandangan dan sumber informasi akurat tentang apa yg sebenarnya terjadi secara global

Selanjutnya klaster ketiga yaitu kebijakan publik menyangkut kesehatan, pendidikan, pangan, dan ekonomi. Ancaman paling besar dalam situasi krisis seperti ini adalah negara harus menunjukkan dia capable (mampu).

Langkah kedua, kita harus berpikir seperti sedang berperang. Dalam kalkulasi perang ada kondisi ‘you can lose’ (kamu bisa kalah). Jadi kita harus mengasumsikan krisis ini lebih besar dari kapasitas kita. Artinya kita bikin asumsi kondisi ini akan berlangsung lama.

Sangat mungkin nanti muncul virus baru. Terlepas dari teori konspirasi, kita harus tetap menyediakan ruang di dalam pikiran kita, sesuatu yang lebih buruk bisa terjadi.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini