Langkah ketiga, pemerintah melibatkan seluruh komponen masyarakat. Mengapa? Krisis ini lebih besar daripada kapasitas pemerintah, tetapi belum tentu lebih besar dari kapasitas kita sebagai bangsa. Karena itu libatkan semua pihak.
Menurut Anda bagaimana ujung dari krisis akibat pandemi Covid-19 ini?
Ini satu jenis krisis yang tidak ada definisi akhirnya. Maksudnya tidak ada satu situasi yang bisa disebut berakhir. Krisis ini bersifat sistemik, multidimensi, berlarut, dan lama waktunya, dipicu pandemi Covid-19. Karena krisis ini sangat lama, yang kita perlukan proyeksi, forecasting (prakiraan) yang lebih akurat ke depan.
Saat ini pemerintah optimistis terhadap temuan vaksin yang sudah memasuki uji klinis ke-3 dan obat Covid-19 karya Universitas Airlngga, menurut Anda seperti apa?
Kita tentu punya alasan optimistis terkait vaksin uty. Sekarang, banyak negara tengah berlomba-lomba membuat vaksin Covid-19. Tapi itu semuanya berdiri di atas asumsi vaksin untuk satu jenis (virus).
Bagaimana kalau ada virus yang lain. Harus cari vaksin lagi kan. Kemungkinan terburuk seperti itu harus tetap dibuka. Perlu waktu untuk melakukan vaksinasi, termasuk persetujuan WHO (Organisasi Kesehatan Dunia).
Ketika melalui proses itu, tidak tertutup kemungkinan muncul virus lain sehingga muncul masalah baru lagi. Saya bukan termasuk orang yang pesimistis. Saya sangat optimis, tapi membiasakan diri mengantisipasi semua kemungkinan terburuk.
Apa saran Anda kepada masyarakat dalam situasi seperti ini?
Kita memerlukan basis spiritual yang kuat dalam situasi seperti ini. Kedua, jangan kehilangan akal. Harus ada ruang inovasi sebesar-besarnya. Kita mesti menemukan cara kita sendiri, ini yang saya maksud inovasi.
Muncul fenomena ada sebagian orang tidak percaya terhadap Covid-19, bahkan mengambil paksa jenazah pasien Covid-19 dan menciumnya. Menurut Anda, apa penyebabnya?
Orang sampai pada tingkat frustasi. Kita menjalankan PSBB (pembatasan social berskala besar) sejak Maret 2020. Orang mulai frustasi.
Ketika menjalankan program tetap berada di rumah (stay at home), living cost (biaya hidup) naik. Makanya saya bilang, orang sampai pada tingkat frustasi karena tidak diberi peta jalan.
Baca: Peringati HUT RI ke-75, Partai Gelora Gelar Gelora Kemerdekaan 2020 dan Launching API GELORA
Sebenarnya ini tugas pemerintah. Jangan mempertentangkan antara pergerakan publik dengan protokol kesehatan. Kita mesti mencari jalan tengah. Itu tugas klaster scientist. (dennis)