TRIBUNNEWS.COM - Tragedi penembakkan dua masjid di Selandia Baru menyisakan duka mendalam bagi keluarga korban dan mereka yang selamat.
Pengadilan tinggi Christchurch mendatangkan 60 penyintas dan keluarga untuk menyampaikan dampak yang mereka rasakan atas insiden tahun 2019 tersebut.
Satu diantaranya adalah Ata Taj Mohammad Kamran yang kehilangan sahabatnya saat terjadinya insiden.
Kamran merupakan penyintas yang selamat dari hujanan peluru Brenton Tarrant.
Tertunduk sedih, ia menyebut dirinya sering tidak bisa tidur nyenyak, mudah marah, dan ketakutan kalau ke luar rumah.
Memakai topi khas, ia menyampaikan duka dan dampak yang ia rasakan di mimbar persidangan.
"Saya tidak ingin hidup seperti ini, terlalu melelahkan bagi saya, saya lelah dengan semuanya," katanya.