News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tak Perlu Khawatir Resesi Ekonomi Akibat Pandemi Covid-19, Luhut Minta Semua Elemen Kompak

Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD dalam sesi wawancara bertajuk 'Djoko Tjandra dan Mafia Hukum Kita' bersama media Tempo, Sabtu (18/7/2020).

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bulan depan Indonesia diprediksi akan memasuki masa resesi ekonomi akibat pandemi Covid-19. Meski resesi, Indonesia dipastikan tidak akan mengalami krisis ekonomi.

"Bulan depan hampir dapat dipastikan 99,9 persen akan terjadi resesi ekonomi di Indonesia," kata Menkopolhukam Mahfud MD, Minggu (30/8/2020).

Namun, dia meminta agar masyarakat tidak perlu khawatir. Mengingat resesi bukanlah krisis ekonomi.

"Resesi itu teknis, sebenarnya, tidak berbahaya, aman. Karena resesi itu artinya pertumbuhan ekonomi itu minus atau di bawah 1 selama 2 kuartal berturut-turut," kata Mahfud.

Indonesia memiliki ekonomi kerakyatan yang mampu menanggulangi resesi.

"Tetapi resesi itu bukan krisis, beda resesi dengan krisis. Karena kita di Indonesia itu punya bahan-bahan lokal, ekonomi rakyat kalau itu bisa digunakan, dinormalkan lagi kehidupan ekonomi rakyat, maka resesi yang pasti terjadi itu tidak akan menimbulkan krisis," ujar Mahfud.

Baca: Luhut: Jangan Takut-takuti, Resesi Bukan Akhir Segalanya

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, kunci mendorong pertumbuhan ekonomi kuartal III 2020 adalah kompak, bekerja sama, semangat inovasi, dan menjaga optimisme.

Luhut menjelaskan, ada kemungkinan pertumbuhan ekonomi kuartal III hampir 0 persen, bahkan juga minus hingga berujung jurang resesi karena kuartal sebelumnya minus 5,32 persen.

"Kita juga jangan takut-takuti kalau sampai negatif kuartal III ini. Kita berjuang sekuatnya, sehingga nanti kuartal III (pertumbuhan ekonomi) bisa dekat 0 persen atau mungkin minus 0 koma sekian," ujarnya.

Menurut dia, seandainya saja Indonesia mengalami resesi akibat ekonomi minus dua kuartal berturut-turut itu tidak berarti sangat buruk.

"Tapi kalau itupun terjadi, bukan akhir segalanya. Tadi malam diskusi dengan World Bank, mereka apresiasi program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) ini," kata Luhut.

World Bank, lanjutnya, memandang langkah kebijakan pemulihan Covid-19 dari sisi kesehatan dan ekonomi ala pemerintah Indonesia sudah tepat.

"Apa yang kita lakukan itu sudah benar, langkah kita benar, disiplin kita benar. Optimisme ini harus kita pelihara semua," ujar dia.

Ekonom Senior Faisal Basri mengatakan negara Republik Indonesia tidak hanya sekadar menghadapi ancaman resesi ekonomi tapi juga defisit energi tahun 2021.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini