Namun permintaan Lilik, tak diluluskan Jakob Oetama."Saya pengen mas, tapi ngak kesampaian. Dulu itu toplah. Bapak bilang 'kenapa beli yang semahal itu? Apa tidak ada yang lain. Kami itu masih sekolah, masih belum bisa cari uang untuk itu," kenang Lilik.
Dia juga mengenang hingga SMA, Jakob Oetama selalu menyatakan kepada anak-anaknya, dirinya hanya seorang pekerja, bukan pemilik di Kompas Gramedia.
"Bapak selalu bilang ke anak-anaknya dia tidak punya uang. Dia selalu bilang, 'saya bekerja di situ bukan pemilik.' ucapnya.
Usai pemakaman berlangsung, lelaki tua kemudian bercerita tentang sosok Jacob Oetama. Yang dimaksud adalah Roso Daras, Ahli dan Pakar Ir. Soekarno yang juga Wartawan Senior sekaligus Pemimpin Redaksi Jayakartanews.
Ia menyebut sosok Jakob Oetama adalah jurnalis senior level “empu”.
Dalam pencapaian luar biasanya, Jakob tetaplah pribadi yang humanis, humble, dan inspiratif.
Hal itu diketahui Roso Daras saat berkesempatan “sowan” Jakob Oetama di ruang kerjanya, lantai 6 gedung Kompas Gramedia Palmerah, Jakarta, Kamis, 13 Agustus 2009 silam, sekira 10.00 WIB.
Saat itu, Roso Daras mewawancarai Jakob Oetama secara eksklusif terkait sejarah berdirinya Kompas Gramedia Group.
Baca: Sosok Jakob Oetama Diungkap Pastor Ini, Kekayaan Bukan Target, Gelisah Jika Karyawan Belum Sejahtera
"Berbicara dengan Jakob Oetama selalu saja ada tekanan berat yang membuat siapa pun harus membuka mata batin, mata hati, dan mata nalar," kata Roso Daras.
Tanpa melakukan itu, siapapun yang berbicara dengan Jakob Oetama akan melewatkan sebuah wejangan maha penting dari seorang “suhu".
Berbincang dengan seorang Jakob Oetama harus menyamakan "frekuensi" agar bisa menangkap semua mutiara hikmah yang mengalir dari hati yang bening.
Roso Daras mengatakan, sekalipun mengaku “mulai pikun”, faktanya, memori pria kelahiran Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, 27 September 1931 itu masih bagus.
"Terakhir bertemu beliau itu masih lancar bertutur tentang hakikat jurnalis sebagai sebuah profesi. Ia masih runtut bertutur tentang keasyikan menjadi wartawan, karena setiap hari melakukan perang," kenang Roso Daras. (tribun network/reza deni/genik)