"Yang saya dengar seperti itu (ada regenerasi kepengurusan), karena KLB saja saya tidak diundang. Tidak ada undangan ke saya ketika diselenggarakan KLB. Kan itu lewat Zoom, linknya saja saya tidak dikasih," tutur dia.
"Saya tidak apa-apa, tidak ada masalah. Dan memang saya pernah bicara dulu tahun 2017, kalau di Pilpres Prabowo kalah, saya akan mundur dari pengurus," katanya lagi.
Arief Poyuono meyakini pandemi Virus Corona atau Covid-19 menjadi salah satu pertimbangan Ketum Prabowo dalam meracik susunan kepengurusan baru Partai Gerindra.
Di mana menurut prediksi Arief, sosok muda seperti Rahayu Saraswati Djojohadikusumo atau Sara lebih dibutuhkan untuk mengurusi partai di tengah situasi Covid-19 saat ini.
"Tidak jadi (Waketum) memang karena satu, ini sudah Covid-19, saya meyakini ada tatanan baru politik di Gerindra. Sudah saatnya seorang Sara itu disiapkan untuk memimpin Partai Gerindra dengan segala pengalaman dia," jelas Arief Poyuono.
"Dia anak orang mampu, anak berpendidikan, tetapi dia sangat merakyat. Perasaan dia itu perasaan rakyat kecil, itu yang dimiliki Sara yang saya kenal bertahun-tahun," sambung dia.
*Kembali Mengurus Buruh, Petani, dan Nelayan*
Arief Poyuono menjelaskan, bila tak masuk dalam susunan kepengurusan Partai Gerindra periode 2020-2025, dirinya akan kembali mengurus serikat buruh tani dan nelayan yang telah lama ia tinggalkan karena sibuk mengurusi partai.
"Saya akan kembali ke habitat saya, yaitu ke masyarakat pekerja, petani, dan nelayan. Sepanjang saya di Gerindra, saya banyak meninggalkan mereka. Artinya kurang berjuang untuk mereka. Saya akan kembali ke masyarakat," ujar Arief Poyuono.
Arief mengatakan, ungkapannya ini tidaklah menunjukkan bahwa dirinya pasrah bila tidak lagi menjadi pengurus di Partai Gerindra. Bila dirinya dicopot dari kepengurusan, itu merupakan pandangan visioner Prabowo Subianto dalam membina Partai Gerindra ke depan.
Arief Poyuono pun memastikan akan tetap memberikan tenaga dan pikirannya untuk rakyat. Sama halnya saat mendukung Prabowo di Pilpres, yang dipandang Arief sebagai bentuk dedikasinya dalam memperjuangkan harapan rakyat.
"Saya tidak pernah mendedikasikan diri saya dalam berpolitik itu untuk Prabowo atau untuk Gerindra," katanya.
"Prabowo itu saya perjuangkan sebagai presiden dalam artian saya ingin mendedikasikan keinginan masyarakat agar Prabowo memimpin Indonesia, tetapi kan nyatanya gagal. Nyatanya masyarakat kan tidak mau dia," katanya lagi.
*Kasus-kasus HAM Masa Lalu Penyebab Kekalahan Prabowo Pada Pilpres 2019*