TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejumlah elemen mahasiswa berencana melakukan aksi demonstrasi di depan Gedung DPR RI saat peringatan Hari Sumpah Pemuda pada 28 Oktober nanti.
Menyikapi hal tersebut, pengamat intelijen Ridlwan Habib menilai isu yang diusung dalam demonstrasi sudah kehilangan relevansinya.
Baca juga: Di HUT Golkar, Airlangga Sampaikan Poin Penting Terkait UU Cipta Kerja dan Pilkada
"Tuntutan soal UU Cipta Kerja sudah direspon pemerintah, bahkan Presiden Jokowi sampai mengeluarkan pernyataan pers terkait itu, jadi pada dasarnya sudah didengar dan sampai, " ujarnya dalam keterangan yang diterima, Minggu (25/10/2020).
Demonstrasi penolakan UU Cipta Kerja menurut Ridlwan Habib sudah mulai melenceng dari isu utamanya.
"Tuntutan agar Presiden mengundurkan diri atau turun gara-gara 1 pembuatan undang-undang menurut saya sama sekali tidak masuk akal, " ujar alumni S2 Kajian Stratejik Intelijen Universitas Indonesia tersebut.
Baca juga: PKS Ungkap Ada Hal Substantif yang Berubah pada UU Cipta Kerja Setebal 1.187 Halaman
Apalagi, dalam beberapa kali demo terakhir berakhir dengan suasana rusuh.
Terjadi pembakaran, pelemparan batu, dan konflik di lapangan.
"Akibatnya masyarakat menjadi jenuh dan antipati dengan demonstrasi, rakyat ingin suasana Indonesia yang sedang dilanda Corona ini damai dan aman, " katanya.
Baca juga: Istana dan Baleg DPR Satu Suara, Direktur PUSaKO : Menambah Kecacatan Pembentukan UU Cipta Kerja
Apalagi 28 Oktober nanti bertepatan sehari sebelum peringatan maulid nabi Muhammad SAW.
"Alangkah bijaknya jika tidak perlu berdemo namun diganti dengan acara diskusi yang ilmiah dan mencerahkan, " kata Ridlwan.
Mantan aktivis BEM UGM itu menilai para mahasiswa sudah cerdas dan pandai menilai situasi.
"Jangan sampai adik adik aktivis dimanfaatkan oleh segelintir orang yang punya motivasi lain dan justru tidak membela kepentingan rakyat, " ujarnya.