Rapat Markaziyah di Tawangmangu Karanganyar
Mereka bertemu saat elite JI menggelar pertemuan rutin, atau istilahnya rapat markaziyah, di Tawangmangu, Karanganyar. Peserta yang hadir sekitar 20 orang, termasuk Zulkarnaen.
Para pemimpin Mantiqi (wilayah) JI hadir, termasuk Mukhlas sebagai Ketua Mantiqi 1 yang membawahi wilayah kerja Malaysia barat, Singapura, dan selatan Thailand0.
Saat itu penyelidikan kasu sbom Bali I baru dimulai, dan kehebohan sudah tersebar ke dunia. Semua orang mengikuti perkembangan kasus bom yang merenggut ratusan nyawa itu.
Menurut Nasir Abas, saat rapat, sama sekali tidak ada yang menyinggung atau membahas hal ihwal bom Bali 12 Oktober 2002.
Saat jeda rapat, semua memang memperhatikan perkembangan informasi, termasuk breaking news di televisi maupun media lain.
Nasir Abas menduga, soal bom Bali tidak disinggung karena peserta rapat memang tidak ada yang tahu siapa pelaku dan apa motifnya.
Tapi Nasir Abas punya kecurigaan sejak awal, pelakunya anggota JI. Dasar kecurigaannya, saat itu praktis hanya kader JI saja yang menguasai keterampilan membuat bom sebesar yang di Bali.
“Saya curiga kepada Hambali (mantan Ketua Mantiqi 1), dan sebagian anggota JI Mantiqi 1, karena mereka yang punya ambisi serta telah melakukan aksi bom gereja 2000 dan 2001,” kata Nasir Abas.
Karena penasaran, di sela rapat Nasir Abas mendekati Zulkarnain. Ia memilik orang itu karena senior dan menduduki jabatan Bidang Askari Markaziyah.
"Pak, siapa yg bikin bom Bali?" tanya Nasir Abas langsung ke pokok isu. Nasir Abas mengaku tidak suka basa basi.
"Buat apa antum tahu, dan apa untungnya kalau antum tahu?" jawab Zulkarnain ketika itu. Nasir Abas tidak melanjutkan bertanya mendengar jawaban lugas itu.
“Saya mundur, tidak melanjutkan pertanyaan lagi,” imbuhnya.
“Memang begitu tipe beliau, yang selalu serius, yang sangat jarang terlihat senyum, yang tidak suka bercanda, dan akan marah jika lihat kita-kita yang ngobrol sambil ketawa,”kata tokoh yang kini aktif membantu kampanye deradikalisasi di Indonesia.