Mukhlas memberitahunya tentang peristiwa bom Bali. "Ya akhi, bom Bali itu ana dan adik-adik yang bikin,” kata Nasir Abas menirukan kata-kata Mukhlas alias Ali Ghufron.
Adik-adik yang dimaksud Mukhlas kelak diketahui terdiri Amrozi, Ali Imron, Ali Fauzi, dan beberapa teman serta kerabat lain yang berasal dari Tenggulun, Lamongan, Jatim.
Nasir Abas mengaku masih syok juga mendengar pengakuan kakak iparnya. “Saya syok memikirkan istri dan anak-anaknya setelah mendengar pengakuannya itu,” katanya.
Minta Istri dan Anak Mukhlas Dikirim ke Palu
Ia lalu memperingatkan bahaya yang akan dihadapi Mukhlas. "Antum dalam bahaya ustaz, pasti antum dicari polisi. Antum carilah tempat sembunyi, tapi biarlah istri antum dan anak-anak bersama saya di Palu,” pinta Nasir Abas ke kakaknya.
Saat itu Nasir Abas tak lagi membahas hokum (syariatnya) bom Bali, karena Mukhlas tahu dirinya sejak awal tidak pernah setuju ajakan Hambali alias Encep Nurjaman, tokoh JI asal Cianjur, Jabar.
Hambali saat ini masih ditahan di Kamp Guantanamo, Kuba, di bawah pengawasan militer Amerika Serikat. Hambali ditangkap di Thailand atas perannya di berbagai aksi teror di Asia Tenggara.
“Mukhlas sudah tau saya tidak pernah setuju ajakan Hambali ke saya untuk melakukan bom gereja 2000,” aku Nasir Abas.
Setelah tidak ada respon dari Mukhlas soal tawaran menampung anak istri Mukhlas, Nasir Abas lantas menitipkan alamat rumah di Palu. Ia kemudian pulang ke Sulawesi.
Beberapa pekan kemudian, siapa pelaku bom Bali I mulai terkuak. Mula-mula Amrozi sebagai pemilik mobil yang dipakai untuk bom mobil.
Berderet berikutnya penangkapan dilakukan bergelombang di berbagai daerah. Mukhlas digerebek di rumah kontrakannya di Klaten.
Imam Samudra ditangkap di Merak, saat hendak menyeberang ke Sumatera. Ali Imron diciduk di tempat persembunyiannya nun jauh di sebuah pulau Kalimantan Timur.
Sedangkan Zulkarnaen alias Aris Sumarsono, lolos dari jangkauan petugas. Baru 18 tahun kemudian ia bisa ditemukan di Lampung Timur.
“Sejauh mana keterlibatan Zulkarnain dalam peristiwa bom Bali, atau kasus lainnya, biarlah polisi yang mengungkap,” ujar Nasir Abas.
Aksi bom melibatkan jaringan JI sesudah bom Bali I 12 Oktober 2002 antara lain ada bom
JW Marriott 2003 dan peledakan bom di Kedutaan Besar Australia September 2004.(Tribunnews.com/xna)