Satu lokal untuk kelas 1-3, dan satu lokal lagi untuk kelas 4-6. Siswanya memang tak banyak.
Sementara secara keseluruhan, jumlah warga Dusun Semerantihan ini sekitar 300 orang.
Satu di antara anak yang sedang menimba ilmu di SMA itu adalah anak dari Patih Serunai.
Dia bilang akan memperjuangkan anaknya hingga batas kemampuan akhirnya.
Selama anaknya mau sekolah, ia akan berusaha memenuhinya. Tujuannya satu, anaknya bisa mengubah nasib kaumnya di dusun itu.
“Kami selama ini dengan mudah dipeloloi (diperdaya) orang-orang dari luar karena kami ini tidak tahu huruf. Makanya saya sangat berjuang agar ada sekolah di dusun kami, dan menyekolahkan anak-anak dusun kami, supaya jangan lagi ada yang mempeloloi kami,” tutur Serunai.
Abdullah, pengurus Walhi Eksekutif Daerah Jambi, mengatakan faktor pendidikan ini telah turut serta membuat suku ini semakin termarginalkan.
Banyak orang luar yang masuk dengan kepentingan masing-msing, dan dengan mudah memperdaya kelompok ini.
“Mereka sering menyetujui di atas kertas sesuatu yang tak mereka tahu, membubuhkan cap jempol di kertas, ganti tanda tangan. Mereka tidak bisa baca tulis. Banyak orang pintar yang datang, tega untk memperdaya mereka,” tutur Abdullah.
Ia menyebut satu di antara solusi terhadap persoalan Suku Talang Mamak ini adalah menghadirkan regulasi pengakuan masyarakat adat.
Artikel ini telah tayang di Tribunjambi.com dengan judul Siapa Sebenarnya Patih Serunai dari Jambi, Sosok Lokal Heroes Tribun Network & Tribun Institute
(Tribunnews.com) (Tribunjambi.com/Darwin Sijabat/Suang Sitanggang)