Raditya menyebut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat 11 kejadian gempa merusak pada 2020.
Sejumlah gempa tersebut mengguncang Simeuleu, Seram, Sukabumi, Tapanuli Selatan, Sabang, Maluku Utara, Bengkulu, Talaud, Pangandaran, Mamuju Tengah dan Brebes-Kuningan.
Sementara itu, jumlah kerusakan akibat bencana sepanjang 2020 pada infrastruktur fasilitas publik sebanyak 1.542 unit.
"Kerusakan mencakup fasilitas peribadatan 727 unit, fasilitas pendidikan 672, jembatan 442, fasilitas kesehatan 143 dan fasilitas perkantoran 134," ujarnya.
"Sedangkan jumlah bencana sepanjang 2020 mencapai 2.946 kejadian, dengan rincian bencana alam sebanyak 2.945 dan bencana nonalam atau pandemi Covid-19 sebanyak 1," ungkapnya.
Baca juga: BMKG Prakiraan Cuaca di 33 Kota Minggu, 3 Januari 2021: 3 Wilayah Ini Berpotensi Hujan Petir
Adapun bencana alam yang paling banyak tercatat oleh BNPB yaitu banjir sebanyak 1.075 kejadian.
Kemudian disusul bencana puting beliung 880, tanah longsor 576, kebakaran hutan dan lahan 326, gelombang pasang dan abrasi 36, kekeringan 29, gempa bumi 16, dan erupsi gunung api sebanyak 7.
Di samping dampak kerusakan fisik, sejumlah bencana mengakibatkan jatuhnya korban meninggal maupun warga terdampak.
"Bencana alam sepanjang 2020 mengakibatkan korban luka-luka 536 jiwa, meninggal dunia 370 jiwa dan hilang 39."
"Sedangkan serangkaian bencana yang terjadi menyebabkan lebih dari enam juta warga menderita dan mengungsi," jelasnya.
Raditya menyebut peristiwa sepanjang 2020 menjadi pembelajaran kepada masyarakat Indonesia.
"Upaya pencegahan dan kesiapsiagaan sangat dibutuhkan dalam pengurangan risiko bencana (PRB)," katanya.
BNPB berharap sinergi multipihak atau pentaheliks dapat terus ditingkatkan, yaitu pihak pemerintah, akademisi atau pakar, masyarakat, dunia usaha dan media massa.
"Pada akhirnya dengan sinergi yang terus menerus dan langkah konkret setiap heliks pada PRB dapat berdampak pada resiliensi masyarakat Indonesia dalam menghadapi bencana," ungkapnya.
(Tribunnews.com/Gilang Putranto)