Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kokos Jiang alias Kokos Leo Lim, koruptor yang merugikan negara sebesar Rp 477 miliar tidak menerima putusan pengadilan yang memvonis dirinya empat tahun penjara. Dia pun mengajukan Peninjauan Kembali (PK) terhadap vonis yang dijatuhkan.
Terkait perkara itu, pengamat hukum Universitas Bung Karno Hudy Yusuf berpandangan yang harus dikedepankan adaah subtansi hukum ketimbang prosedur. Dalam arti PK merupakan hak yang dimiliki oleh seorang narapidana, namun subtansi hukum dalam hal ini adalah kerugian negara.
"Kalau saya melihat, disana ada kerugian negara oleh karena itu, MA harus menolak PK yang bersangkutan," ujar Hudy, ketika dihubungi, Kamis (14/1/2021).
Padahal menurut Hudy, vonis hukuman penjara selama empat tahun terbilang cukup ringan bagi seorang koruptor yang merugikan negara ratusan miliar.
"Kan sudah jelas, secara logika sederhana, terjadi kerugian negara ya pelaku tetap harus dihukum," jelas Hudy.
Baca juga: Kejari Jaktim Isyaratkan Tetapkan Tersangka Baru Kasus Korupsi Tanah Cakung
Senada dengan Hudy, anggota Perhimpunan Advokat Pro Demokrasi (PAPD) Agus Rihat Manalu mengatakan PK yang diajukan Kokos Jiang 'hanya' dengan vonis penjara empat tahun sangat melukai hati rakyat.
"Dengan hukuman 4 tahun, ini sangat minimal, dan sebenarnya masih menciderai hati masyarakat, bayangkan dengan kerugian negara Rp 477 miliar," kata Agus.
Sebelumnya diberitakan, Kokos Jiang alias Kokos Leo Lim, koruptor yang merugikan negara sebesar Rp 477 miliar tidak menerima putusan pengadilan yang telah berkekuatan tetap.
Baca juga: Dalami Korupsi Bansos Covid-19 yang Jerat Juliari Batubara, KPK Geledah Dua Kantor Perusahaan
Koruptor tersebut resmi mengajukan peninjauan kembali (PK) terhadap putusan empat tahun penjara atas tindak pidana korupsi yang dilakukannya.
"Kalau tidak salah dua bulan yang lalu (Kokos) mengajukan PK di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan," ujar Asisten Intelijen Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta Siswanto, ketika dihubungi, Selasa (12/1/2021).
Siswanto mengatakan telah menghadirkan para ahli untuk melawan PK yang diajukan oleh Kokos bersama tim hukumnya.
"Ya intinya kita maksimal, ahli sudah kita hadirkan dalam sidang itu, untuk menguatkan bahwa perbuatan itu merupakan tindak pidana korupsi yang merugikan negara," kata Siswanto.
Kokos yang merupakan Dirut PT Tansri Madjid Energi (PT TME) mengatur siasat agar proyek pengadaan Batubara di PLN Muaraenim.