TRIBUNNEWS.COM, YOGYA - Dalang kenamaan Yogyakarta, Ki Seno Nugroho, meninggal di usia 48 tahun pada 3 November 2020. Ia wafat di puncak ketenaran.
Kepergiannya yang mendadak ditangisi beribu-ribu penggemarnya. Semasa hidup, Ki Seno Nugroho punya orang yang diajak ke mana-mana.
Selain jadi sopir pribadi, orang kepercayaan itu jadi dollop atau bagian tim hore yang selalu menyemarakkan pentas. Ciri khasnya, tawa cekakakan yang sangat keras.
Dia adalah Gatot Jatayu. Lahir di dusun miskin di pelosok Gunungkidul, ia mengawali kerja sebagai tenaga kebersihan sebuah hotel melati di Kota Yogya.
Selepas tamat SMP 2 Tepus, Gunungkidul, ia bergegas merantau mencari pekerjaan. “Saya dulu ngosek kamar mandi, ngepel lantai, bersih kamar dan lain-lainnya,” kata Gatot kepada Tribunjogja.com, Senin (15/2/2021) malam.
Baca juga: 5 Fakta Meninggalnya Ki Seno Nugroho, Diiringi Gamelan Jawa, 2 Wayangnya Ikut Dimakamkan
Baca juga: Soimah Kenang Pernah Jadi Sinden Ki Seno Nugroho, Pertama Kali Ikut Wayangan Dibayar Rp 10 Ribu
Gatot Jatayu kini tinggal di sebuah rumah besar di kawasan Timoho, yang dipercayakan kepadanya oleh keluarga tokoh nasional terpandang.
Ia juga seorang ‘youtuber’ yang sudah memiliki 130 ribu subscriber, dan terus berkembang sejak ia dikenal sebagai ‘dolopnya’ dalang kenamaan Ki Seno Nugroho.
Lahir dan besar di dusun di pedalaman Gunungkidul yang tandus, Gatot sejak kecil bercita-cita ingin hidup lebih baik. Ia harus mengubah nasibnya secara berdikari.
“Saya lahir dan besar di dusun terpencil sampai merampungkan S2, SD dan SMP Mas….hahahahaha?” candanya diikuti derai tawa khas Gatot Jatayu.
Sosok Humoris dan Apa Adanya
Gatot memang senang bercanda. Apa saja dijadikan bahan gojekan. Sifatnya yang suka guyon itu pula yang kelak mengantarkan dirinya dekat dengan Ki Seno Nugroho.
“Setelah rampung SD dan SMP, saya langsung ke Jogja. Cari sesuap nasi. Ternyata beda mas yang saya rasakan begitu sampai Jogja. Dapat sesuap nasi, urung wareg (belum kenyang)..hahahahaha. Akhirnya beberapa piring..hahahah,” lanjutnya.
Menurut Gatot, nama pendek ini pemberian ibunya, begitu ‘turun’ ke Kota Yogya, ia mendapatkan pekerjaan di sebuah hotel melati.
“Wis pokoke apa saja saya kerjakan, penting nyambut gawe (bekerja). Saya harus mengubah nasib. Pikiran saya begitu,” kata pria kelahiran 1973 ini.