"Kekhawatiran yang utama dari para pelaku usaha mikro dan kecil ini adalah pelanggan yang menjadi lebih sedikit, menurunnya penerimaan, serta meningkatnya biaya operasional," tutur Athia.
Survei SMERU mencatat bahwa 71,5 persen rumah tangga hidup dengan anak di bawah umur 18 tahun dan 25,4 persen memiliki anak berusia di bawah 5 tahun.
Kemudian 30,4 persen rumah tangga tinggal dengan orang lanjut usia, 15,8 persen dengan anggota keluarga yang memiliki penyakit kronis, 6,7 persen dengan penyandang disabilitas, dan 3,2 persen dengan ibu hamil.
Berdasarkan hasil survei itu, SMERU memberikan kesimpulan bahwa pandemi Covid-19 telah memberikan dampak sangat parah kepada keuangan rumah tangga.
Baca juga: Penghasilan Drop di Masa Pandemi, Pedangdut Lala Sawer Kuras Tabungan
Baca juga: Aris Terkejut, Rp 13 Juta Saldo Tabungannya di Bank BUMN di Bojonegoro Hanya Bersisa Rp 500 Ribu
Kondisi ini kemungkinan juga masih akan berlanjut pada 2021 jika tak ada kebijakan pemerintah yang berdampak panjang bagi kelangsungan ekonomi golongan bawah.
"Kami menemukan 3 dari 4 rumah tangga mengalami penurunan rumah tangga, utamanya pada yang memiliki anak dan yang tinggal di perkotaan," kata Athia.
Kemudian, sekitar 14 persen pencari kerja utama di keluarga harus pindah kerjaan akibat pandemi atau mencari alternatif pekerjaan dengan pendapatan harian.
Namun, separuhnya berpindah dari pekerjaan formal ke informal.
"Setengah dari rumah tangga tidak memiliki tabungan. Sehingga sebagai akibat dari bertahan, 1 dari 3 rumah tangga harus menjual barang, kemudian seperempatnya meminjam secara informal dari keluarga atau teman," ungkap Athia.
Survei kolaborasi ini merupakan hasil kerja sama dengan UNICEF, UNDP, Prospera, dan The SMERU Research Institute.