Awalnya Taufik menyoroti ucapan Max Sopacua yang menyebut pengungkapan kasus mega korupsi proyek Hambalang Sport Center sebagai penyebab Partai Demokrat hancur.
"Pintar itu ada batasnya bodoh itu tak bertepi. Kenapa demikian? karena mereka kumpul di sana seperti anak TK yang mau reunian. Marzuki, Max, Nazar, Johni, pernah diperiksa KPK RI (terkait Hambalang)," ujar Taufik dalam pernyataan yang diterima tribunnews.com, Sabtu (27/3/2021).
Baca juga: Ini Jawaban KPK Diminta Demokrat Versi KLB Usut Tuntas Kasus Hambalang
"Juga ingin mengingatkan di zaman mereka jadi pengurus dan pejabat partai Demokrat hancur berantakan karena kasus korupsi Hambalang," sambung Taufik.
Taufik mengatakan, Kongres Luar Biasa (KLB) Sibolangit, Deli Serdang, Sumatera Utara, yang diinisiasi Jhoni Allen Marbun Cs beberapa waktu lalu, dilandasi dendam Muhammad Nazaruddin dari balik jeruji besi.
Baca juga: Bela Ibas Dalam Kasus Hambalang, Kamhar ke Max Sopacua: Menepuk Air di Dulang Terpercik Muka Sendiri
Menurut Taufik, Nazaruddin menyimpan dendam kepada Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) lantaran tidak mendapatkan perlindungan saat terjerat kasus korupsi.
"KLB dagelan hanya soal dendam Nazaruddin dari balik jeruji. Iya dendam, karena tidak dilindungi pak SBY selaku presiden dari partai Demokrat saat itu," ujar Taufik.
Taufik menegaskan bahwa SBY, semasa menjabat presiden RI, tidak pernah pandang bulu dalam memberantas korupsi.
"Pak SBY tak pandang bulu ketika menjadi presiden, semua pelaku korupsi masuk penjara. Jangan samakan pak SBY dengan presiden lainnya yang suka melindungi koruptor," ujar Taufik.
"Korupsi kok minta dilindungi," imbuh Taufik.
Taufik kemudian mengomentari upaya para senior mengkudeta kepemimpinan AHY di Partai Demokrat.
"Para pembajak demokrasi itu tak lebih dari sekedar benalu. Benalu jahat yang mematikan tradisi baik, menghempaskan kewarasan, menghina akal sehat & menghancurkan adab/tata krama," katanya.
Taufik berharap agar negara segera hadir dan menghentikan upaya pengambilalihan Partai Demokrat oleh Jhoni Allen Marbun Cs.
"Menghadapi mereka, negara mestinya hadir lebih dulu dengan cara memberangusnya," katanya.
"Selain itu, ketum partai Demokrat yang sah yaitu mas Agus Yudhoyono adalah Simbol Regenerasi Kepemimpinan Nasional. Oleh karena itu tugas kita bersama menjaga dan merawat demokrasi hingga tiba sampai tujuan," sambung Taufik.