Namun, kata Soerjanto, setelah dilakukan penyisiran pada area tersebut secara bergantian selama berhari-hari, tetap tidak ditemukan juga CVR SJ-182.
"Sekali menyelam itu hanya bisa 20 menit, dan tangan penyelam banyak yang luka-luka karena banyaknya serpihan, jadi kemampuan penyelam menjadi terbatas," ujar Soerjanto di Dermaga JITC, Jakarta, Rabu (31/2/2021).
Baca juga: Saat Menhub Budi Mengucap Syukur Setelah CVR Black Box Sriwijaya Air SJ 182 Ditemukan
Setelah melihat kondisi penyelaman yang luka-luka, Soerjanto akhirnya memutuskan pencarian CVR menggunakan kapal penyedot lumpur TSHD King Arthur 8, beberapa hari sebelum pencarian dihentikan.
"Baru lima hari menggunakan kapal penyedot lumpur di area 90x90 meter, akhirnya ditemukan CVR yang tertimbun lumpur sedalam satu meter dari dasar laut," ujarnya.
Ia menyebut, total ke dalaman CVR ditemukan dari permukaan laut sedalam 17 meter.
"Sekitar 16 meter ke dalaman dari permukaan laut, setelah digali menjadi 17 meter. Kalau menyelam tidak terlihat, karena tertutup lumpur, ini sebuah muzizat," tuturnya.
Ia menyebut, pencarian CVR menggunakan kapal penyedot lumpur baru pertama kali dilakukan di Indonesia, karena sebelumnya dicari dengan teknik menyelam.
"Belum pernah dilakukan negara lain, ini baru pertama kali," paparnya.
Tim Gunakan Kapal Penghisap Lumpur, CVR Sriwijaya Air SJ182 Ditemukan di Hari Terakhir Pencarian
Cockpit Voice Recorder (CVR) yang merupakan komponen dari kotak hitam atau black box pesawat Sriwijaya Air nomor penerbangan SJ 182 telah ditemukan.
Hal itu disampaikan dalam konferesi pers Rabu (31/3/2021).
CVR ditemuka pada Selasa (30/1/2021) malam pukul 20.05 WIB.
Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Soerjanto Tjahjono menerangkan tim pencari menggunakan kapal penghisap lumpur untuk mencari CVR.
Hal ini karena CVR tertutup oleh lumpur setinggi satu meter.