Guna mendorong hal tersebut, satu diantara strategi pemerintah Indonesia adalah menggandeng pemerintah Korea Selatan dengan konsep kemitraan Business to Business (B2B).
"Kita sudah melihat progres kerja sama ini di bidang baterai dan kendaraan listrik," bangga Dadan.
"Tentu, kami tak menutup peluang apabila berminat investasi di bidang energi lainnya, seperti batubara, DME, transmisi distribusi, dan smart grid," jelas Dadan.
Baca juga: Menteri ESDM Yakinkan Perlunya Transisi Energi, Ini Alasannya
Baca juga: Kementerian ESDM Luncurkan Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum
Dadan pun mengungkapkan Indonesia akan bertekad untuk memenuhi tambahan kapasitas pembangit energi baru terbarukan yang akan terpasang sebesar 38 Mega Watt (MW) pada tahun 2035.
Strategi yang akan ditempuh untuk mengakselerasi tujuan tersebut, diantaranya mengganti energi final primer, mengonversi energi fosil, hingga pemanfaatan non-biofuel.
Strategi lain yang ditempuh oleh Kementerian ESDM adalah menyiapkan regulasi tarif energi baru terbarukan dan pengembangan EBT dari sisi teknologi.
"Sudah banyak kerja sama dengan perguruan tinggi yang dilakukan dalam pengembangan teknologi EBT," beber Dadan.
"Saya mengajak universitas-universitas kerja bareng di sektor energi baru terbarukan terutama efisiensi energi, silahkan saja kami sangat terbuka," pungkas Dadan.
(Tribunnews.com/Triyo)