Menurut dia jika dilihat dari proses modernisasi TNI AL yang ditinjau sejumlah peneliti LIPI dari program MEF, akselerasi moderinsasi alutsista TNI AL masih cukup lambat.
Sebelum program MEF, kata dia, kurang lebih kondisi alutsista TNI AL sekitar 33% dari kekuatan ideal dan setelah MEF tahap II atau tahun 2019, baru mencapai sekitar 43% dari kekuatan ideal.
"Ini juga bisa menjadi salah satu poin evaluasi ke depan," kata dia.
Untuk itu, menurut Diandra, hal yang terbayang ke depan TNI AL perlu memeriksa semua kondisi alutsista, mana yang dalam kondisi siap 100%, mana yang perlu perawatan lebih lanjut, dan mana yang sudah perlu masuk tahap disposal atau pembuangan.
Menurutnya yang bisa dipelajari dari kejadian KRI Nanggala 402 yang penting faktor keselamatan dulu nomor satu sehingga kondisi kapal ini harus benar-benar ter-record termasuk sejarah perawatan masing2.
Setelah itu, kata dia, baru mulai menyusun ulang urgensi pengadaan ke depan berdasarkan kapabilitas yang dibutuhkan dan pembacaan dinamika keamanan.
"Kedua hal ini memang bukan perkara mudah dan membutuhkan anggaran yang juga tidak sedikit. Tapi kuncinya ada di perencanaan yang jelas dan konsistensi pelaksanaannya," kata Diandra.