Sehingga sepanjang perjalanan, dirinya dan peserta rombongan bisa melihat langsung bagaimana kota itu mengedepankan nilai-nilai kultural penuh dengan kreativitas dan daya cipta.
"Hidup dalam tradisi kebudayaan ini membuktikan bagaimana Pancasila hidup dalam keseharian masyarakat Yogya. Masyarakatnya sangat toleran dan bergotong royong," kata Hasto.
Hasto juga menyatakan bahwa keindahan Yogyakarta tersebut sejalan dengan nilai 'memayu hayuning bawana', yang beresensi menjaga keseimbangan jagad raya.
Bila lingkungannya tak dijaga dan tercemar, maka rusak pula kehidupan manusianya. Sejalan dengan kondisi Yogyakarta yang selalu indah.
"Esensinya kira-kira sama dengan bagaimana kita harus menjaga kesehatan tubuh kita lewat asupan gizi yang baik serta ditambahi aktivitas seperti berolahraga. Sehingga tubuh kita pun tetap sehat," kata Hasto.
"Seperti yang dulu disampaikan Bung Karno lewat semboyan men sana in corpore sano. Beliau begitu visioner, dari sejak dulu sudah mengingatkan bangsa Indonesia menjaga spirit sehat diri. Sehingga akan selalu siap serta mampu membangun Indonesia Maju," pungkas Hasto.
Pulung Agustanto mengatakan bahwa Yogyakarta adalah kota yang istimewa. Dari sejarah berdirinya republik, Yogyakarta selalu menjadi bagian penting bagaimana komunitas terbayang rakyat Indonesia berevolusi hingga kini menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
"Yogya itu istimewa. Sehingga sepedaan di Yogya itu juga terasa sangat istimewa. Apalagi dilakukan saat Bulan Bung Karno. Sehat tubuhnya, sehat jiwanya," kata Mas Pulung, sapaan akrabnya.