Ketika itu ia sedang berada di Istana dan karena beberapa alasan tidak duduk di tempat biasanya.
Sebuah pesawat udara yang terbang rendah menjatuhkan bom tepat di lokasi Bung Karno biasa duduk.
“Tuhan telah menggerakkan tangan-Nya untuk melindungiku,” ujar Bung Karno.
Teror tidak berhenti. Bertepatan dengan peringatan Idul Adha, 1962, ketika Bung Karno dan orang-orang lainnya sedang salat di lapangan rumput depan Istana Merdeka, tiba-tiba seorang muncul dan melepaskan tembakan bertubi-tubi. (*)
*Dikutip dari buku ‘Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia’, karya Cindy Adams, Penerbit yayasan Bung Karno dan Penerbit Media Pressindo, Cetakan Keempat, 2014.
Baca juga: Prajurit Kopassus Sintong Panjaitan Dikepung Warga Lembah X Pegunungan Jaya Wijaya Papua