Maharaja Dharma Setia
Masa Kejayaan Kerajaan Kutai
Dari Prasasti Yupa, dapat diketahui bahwa masa kejayaan Kerajaan Kutai berlangsung ketika diperintah oleh Raja Mulawarman.
Raja Mulawarman dikatakan sebagai raja yang terbesar di Kutai.
Ia pemeluk agama Hindu Siwa yang setia.
Tempat sucinya dinamakan Waprakeswara.
Ia juga dikenal sebagai raja yang sangat dekat dengan kaum brahmana dan rakyat.
Raja Mulawarman sangat dermawan.
Ia mengadakan kurban emas dan 20.000 ekor lembu untuk para brahmana.
Oleh karena itu, sebagai rasa terima kasih dan peringatan mengenai upacara kurban, para brahmana mendirikan sebuah yupa.
Kehidupan ekonomi pun mengalami perkembangan.
Kutai terletak di tepi sungai, sehingga masyarakatnya melakukan pertanian.
Selain itu, mereka banyak yang melakukan perdagangan.
Bahkan diperkirakan sudah terjadi hubungan dagang dengan luar.
Jalur perdagangan internasional dari India melewati Selat Makassar, terus ke Filipina dan sampai di Cina.
Dalam pelayarannya dimungkinkan para pedagang itu singgah terlebih dahulu di Kutai.
Dengan demikian, Kutai semakin ramai dan rakyat hidup makmur.
Satu di antara Yupa di Kerajaan Kutai berisi keterangan yang artinya: “Sang Mulawarman, raja yang mulia dan terkemuka, telah memberi sedekah 20.000 ekor sapi kepada para brahmana yang seperti api, (bertempat) di dalam tanah yang sangat suci (bernama) Waprakeswara”.
Peninggalan Kerajaan Kutai
Peninggalan Kerajaan Kutai adalah tujuh buah Prasasti Yupa yang ditulis menggunakan huruf Pallawa dan dengan Bahasa Sanskerta.
Ketujuh Yupa tersebut berisi silsilah Raja Mulawarman, tempat sedekah Raja Mulawarman dan macam-macam aspek kebudayaan.
Sumber buku:
- Setiawan, Iwan dkk. 2008. Wawasan Sosial Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Kelas VII Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah. Jakarta. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
- Dwi L, Amurwani dkk. 2014. Sejarah Indonesia untuk SMA/MA SMK/MAK Kelas X Semester 1. Jakarta. Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud
(Tribunnews.com/Widya Lisfianti) (Kompas.com/Widya Lestari Ningsih)