Sesuai janjinya, Bung Karno menggelar pesta pernikahan Benny-Hartini di Istana Bogor, dihadiri sekira 30 tamu, termasuk tamu kehormatan Panglima TNI AD Letnan Jenderal TNI Achmad Yani.
Setelah acara resepsi di Istana Bogor, Benny bertanya kepada sang istri apakah tidak ingin menggelar acara yang bisa dihadiri teman-temannya.
Hartini setuju, namun masalah muncul karena mereka tidak punya cukup uang untuk menyewa gedung. Mendadak Benny Moerdani teringat kepada temannya, dr Joseph Halim, perwira kesehatan yang pernah sama-sama bertugas di Papua.
“Dok bisa bantu saya? Saya perlu ruangan untuk pesta kawin, tapi saya tidak punya uang,” kata benny kepada Joseph Halim. Setelah memutar otak, Joseph Halim menemukan jalan.
Kebetulan, Joseph saat itu berpacaran dengan Komandan Detasemen Korps Wanita Angkatan Laut (Kowal).
“Gampang. Nanti kita pinjam bangunan baru Gedung Panti Perwira di Jalan Prapatan (Jakarta),” ujar Joseph Halim.
Alhasil Benny-Hartini menggelar pesta nikah di gedung milik TNI AL, tidak jauh dari asrama KKO di Kwini.
Di lokasi tersebut beberapa waktu sebelumnya terjadi insiden bentrokan antara anggota KKO dengan anggota RPKAD dan Benny menjadi orang berhasil mendamaikan konflik tersebut. (*)
* Dikutip dari buku ‘Benny, Tragedi Seorang Loyalis’, karya Julius Pour, Penerbit Kata Hasta Pustaka, Cetakan Keempat, Edisi Revisi, April 2009.
Baca juga: Perkataan Sintong Panjaitan kepada Prabowo Jadi Kenyataan 34 Tahun Kemudian