News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Penanganan Covid

Menakar Efektivitas PPKM Mikro di Tengah Keterisian RS di Pulau Jawa yang Mulai Mengkhawatirkan

Penulis: Inza Maliana
Editor: Arif Fajar Nasucha
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sejumlah tenaga medis sedang menangani pasien di Instalasi Gawat Darurat (IGD) yang penuh hingga sebagian pasien harus dirawat di selasar depan IGD RSUP Dr Kariadi, Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa (15/6/2021). Kondisi tersebut juga terjadi pada sejumlah rumah sakit di Kota Semarang bersamaan dengan meningkatnya kasus Covid-19. Tribun Jateng/Hermawan Handaka

Apabila masyarakat mematuhi imbauan PPKM mikro, Alex menilai, laju penularan Covid-19 di Indonesia bisa dikendalikan.

Wisatawan berfoto di area luar pagar Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat, Sabtu (15/5/2021). Pada libur Lebaran 2021, Monas masih ditutup karena penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Hal itu membuat wisatawan kecewa lantaran terlanjur datang dan hanya bisa berfoto dari luar pagar. Tribunnews/Herudin (Tribunnews/Herudin)

"Di desa harus ada yang namanya karantina atau mikro lockdown di tingkat RT/RW, kalau ini berjalan dengan baik maka penularan itu bisa berkurang dan beban di rumah sakit juga akan berkurang," jelas Alex.

Lantas, benarkah PPKM Mikro efektif untuk menekan laju penularan Covid-19?

Pakar Epidemiologi dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, dr Windhu Purnomo menilai, Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro merupakan kebijakan yang tidak efektif.

Hal itu diungkapkan Windhu merespons kebijakan pemerintah yang memberlakukan penebalan PPKM Mikro 22 Juni hingga 5 Juli 2021.

Baca juga: Sebut PPKM Mikro Tak Efektif, Pakar Epidemiologi Sarankan PSBB Wilayah Aglomerasi

"Sudahlah, PPKM Mikro itu sudah terbukti tidak efektif, gagal. Kenapa sih kita nggak berani ngomong gagal? Gagal itu," ungkap Windhu saat dihubungi Tribunnews, Senin (21/6/2021) malam.

"Apa buktinya gagal? Buktinya ini (terjadinya) peningkatan kasus," sambungnya.

Windhu tidak setuju dengan adanya zonasi di tingkat bawah, seperti RT atau RW.

"Kalau dalam artian PPKM Mikro itu dalam pemberdayaan masyarakat, seperti kampung tangguh, itu oke, setuju."

"Tapi kalau pengertiannya di situ (penebalan PPKM Mikro) ada pengzonasian RT RW, itu ngawur," ungkapnya.

Pakar epidemiologi dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya dr Windhu Purnomo. (Istimewa)

PSBB Aglomerasi

Menurut Windhu, kebijakan PSBB wilayah aglomerasi lebih efektif dibanding PPKM Mikro.

"PPKM Mikro itu sudah gagal, mau ditebelin, mau digarisbawahin nggak ada gunanya, menurut saya lho ya."

"Seharusnya PSBB tingkat wilayah setingkat kabupaten/kota, lebih bener lagi pembatasan setingkat wilayah aglomerasi," ungkapnya.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini