Sehingga, Windhu berpendapat jika kasus yang dilaporkan saat ini jauh di bawah kasus yang sebenarnya ada alias under recorder.
"Kasus di Indonesia itu sangat under recorded, hari ini rekor baru, dan tembus 2 juta (kasus), tapi apa cuma segitu sebetulnya?"
Baca juga: Update Corona Jakarta: 5.014 Kasus Baru dan Pembatasan 10 Titik
"Kalau diestimasi, Kemenkes punya data zero surveillance, didanai WHO (Badan Kesehatan Dunia) dan dibantu temen-temen UI (Universitas Indonesia)."
"Saya juga ngitung dengan teknis estimasi, kasus yang dilaporkan paling tinggi 1/8 dari kasus yang sebetulnya," urai Windhu.
Windhu menyebut kasus yang dilaporkan bagaikan puncak gunung es.
"Seperti banyak bara di bawah sekam, jadi bom waktu karena penularan ada di bawah permukaan yang tidak terdeteksi," ungkapnya.
Windhu menyebut, tingkat tracing Indonesia berada di nomor 158 dari 220 negara.
Sehingga, menurut Windhu, tidak akan efektif melakukan zonasi berdasar data yang tidak sesuai dengan kenyataan karena rendahnya testing dan tracing.
"Di tengah tracing dan testing yang lemah sangat under recorded, apa yakin sebuah daerah warnanya hijau. Jangan-jangan hijau semangka (dalamnya merah)."
"Yang kuning jangan-jangan kuning delima, dalemnya merah," ungkap Windhu.
Berita penanganan covid lainnya
(Tribunnews.com/Maliana/Gilang Putranto, Kontan.co.id)