TRIBUNNEWS.COM - Pengamat politik Rocky Gerung turut menyinggung soal kehadiran Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam acara Musyawarah Nasional (Munas) Kamar Dagang dan Industri (Kadin) di Kendari, Sulawesi Tenggara, Rabu (30/6/2021).
Menurut Rocky, kehadiran Jokowi dalam acara Munas Kadin itu mencerminkan tindakan yang tidak konsisten dengan ucapannya.
Terlebih, Presiden mengaku gemetar saat mengetahui tingkat keterisian tempat tidur untuk pasien Covid-19 di RSD Wisma Atlet mencapai 90 persen.
"Presiden gemetar mengetahui ranjang tidak lagi tersedia, pada saat yang sama dia datang ke Kendari, jadi dimana konsistensinya?" ujar Rocky, dikutip dari kanal Youtube, Rocky Gerung Official, Kamis (1/7/2021).
Menurut Rocky, di tengah lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia, seharusnya Presiden tidak menghadiri acara yang tidak esensial.
Terlebih, pemilihan Arsjad Rasjid sebagai Ketua Umum baru Kadin sudah diputuskan pada Senin (28/6/2021) lalu.
"Kalau dia gemetar harusnya dia batalkan semua hal yang tidak esensial."
"Sama seperti keputusan yang dibuat bahwa aktifitas yang tidak esensial seharusnya dilarang 100 persen, kan itu intinya," ungkap Rocky.
Baca juga: Wacanakan Presiden 3 Periode, Qodari Ngaku Diserang Demokrat dan PKS hingga Rocky Gerung
Untuk itu, Rocky mempertanyakan hal darurat apa yang membuat Presiden Jokowi tetap mendatangi Munas Kadin di Kendari.
"Menghadiri Munas Kadin itukan tidak ada esensial, tidak ada pentingnya,"
"Jadi buat apa prokes (protokol kesehatan) ditetapkan, tapi presiden sendiri melanggar prokesnya."
"Menghadiri Munas Kadin itu melanggar prokes, apapun alasannya, apalagi tidak ada urgensinya," terang Rocky.
Presiden Mengaku Gemetar Tahu Tingkat Keterisian Bed di Wisma Atlet
Sebelumnya diberitakan Tribunnews, Presiden Joko Widodo mengaku gemetar dan grogi saat mengetahui keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) di Rumah Sakit Darurat (RSD) Covid-19 Wisma Atlet, Jakarta, mencapai 92 persen.