Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ilham Rian Pratama
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Satuan Tugas (Kasatgas) Penyidik nonaktif Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Andre Dedy Nainggolan, menyebut uang dalam perkara suap bantuan sosial (bansos) Covid-19 yang menjerat eks Menteri Sosial Juliari Peter Batubara belum semuanya terungkap.
“Uang suap yang diterima Juliari Batubara itu diduga baru sebagian kecil,” kata Nainggo dalam webinar PPKM Darurat: Jangan Ada Babak Baru Korupsi Bansos yang disiarkan YouTube Sahabat ICW, Selasa (6/7/2021).
Nainggolan mengibaratkan duit suap sebanyak Rp32 miliar yang didakwakan diterima Juliari sebagai 'uang rokok'.
Ia menggunakan istilah uang rokok untuk duit miliaran rupiah guna menggambarkan masifnya korupsi bansos, dibandingkan yang berhasil diungkap oleh timnya.
Baca juga: KPK Wanti-wanti Penyaluran Bansos PPKM Darurat Tak Diselewengkan
Nainggo mengungkapkan bahwa total anggaran untuk penyediaan bansos sebesar Rp6,8 triliun.
Sementara, uang yang diduga diterima oleh Juliari dkk hanya sekira 0,5 persen dari total anggaran tersebut.
“Dalam tanda kutip itu sekedar uang rokok untuk operasional kepada pejabat di Kementerian Sosial dan Menteri Sosial," ucap Nainggo.
Kata Nainggo, timnya menemukan data yang mengindikasikan bahwa nilai sembako yang disalurkan ke masyarakat disunat hampir setengah dari total Rp270 ribu per paket.
Ia berkata bahwa ada salah satu perusahaan hanya menyediakan bansos dengan nilai Rp170 ribu per paket.
Dari data itu, Nainggo mengasumsikan ada Rp90 ribu uang negara yang menguap dari setiap paket bansos.
Bila nilai itu dikalikan dengan total paket bansos, maka nilai kerugian negara diperkirakan mencapai Rp2 triliun.
“Bisa dibilang saya sebenarnya masih berhutang mengungkap itu,” kata Nainggo.
Baca juga: Respons Juliari Batubara soal Pengajuan JC Terdakwa Bansos Matheus Joko Santoso
Ia tak bisa lagi menyidik perkara ini, karena didepak lewat Tes Wawasan Kebangsaan (TWK).