"Kita patut bertanya apa tujuan Presiden Jokowi atau pemerintah di balik pembentukan koalisi tambun di periode kedua."
"Biasanya grand coalition (koalisi besar) dibentuk pada periode pertama, periode kedua sudah nggak lagi fokus penambahan anggota koalisi," ujarnya.
Menurut Pangi, patut pula dipertanyakan apakah ada agenda memuluskan langkah politik amandemen kelima menambah masa jabatan presiden tiga periode.
"Menyeruak bau amis yang mulai tak sedap," ungkapnya.
Baca juga: Isu Pergeseran Kabinet Menguat Pasca PAN Ikut Koalisi
Jika ini dimaksudkan untuk mengamankan rencana amandemen terkait isu diperpanjang masa jabatan presiden, Pangi menilai publik harus dengan tegas menolak untuk menutup pintu ini serapat-rapatnya.
"Karena dapat dipastikan tidak akan ada dialetika dan pembahasan yang rasional dan substantif, hanya akan unjuk kekuatan dan banyak-banyakin suara, tanding-tandingan jumlah kursi di parlemen," ujar Pangi.
Kata Waketum PAN setelah Diundang ke Istana
Sementara itu, Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai Amanat Nasional (PAN) Yandri Susanto juga angkat bicara setelah pihaknya hadir ke Istana.
Yandri menyebut, pertemuan dengan Jokowi dan beberapa parpol ini berjalan kondusif.
Menurutnya, topik pembicaraan dalam pertemuan ini hanya persoalan program pemerintah selama menangani pandemi Covid-19.
"Di pertemuan itu, situasinya sangat kondusif bagus, situasi istana sangat membangun."
"Setahu saya, sepulang Istana, bang Zul ketemu sama kami menyampaikan, pak Presiden hanya menyampaikan program yang sudah dicapai di tengah banyak permasalahan ini," ucap Yandri, masih dari sumber yang sama, Sabtu (28/8/2021).
Lanjut Yandri, dalam diskusi itu, Ketua Umum PAN juga diberi kesempatan untuk menyuarakan pendapat.
"Semua ketua umum diberi kesempatan. Ini yang menariknya, termasuk Ketua Umum PAN," imbuhnya.