Laporan Wartawan Tribunnews.com, Igman Ibrahim
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ada berbagai cara kelompok teroris untuk melakukan proses rekrutmen untuk mencari anggota baru.
Salah satunya memasuki sektor pendidikan pesantren hingga perguruan tinggi.
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Densus 88 Antiteror Polri Irjen Pol Martinus Hukom.
Ia menuturkan kelompok teroris telah menyusupi pendidikan formal untuk mencari anggota.
"Kemudian juga melalui jalur pendidikan formal maupun informal sepeti pesantren, bahkan mereka menyusup di kelompok-kelompok belajar di perguruan tinggi," kata Martinus dalam diskusi daring, Selasa (31/8/2021).
Baca juga: Densus 88 Sebut Kelompok Teroris Manfaatkan Jiwa Sosial Masyarakat untuk Galang Dana
Selain itu, Martinus menuturkan kelompok teroris juga menggunakan media sosial untuk mencari anggota.
Adapun akun yang digunakan khusus milik kelompok tersebut.
"Kita lihat juga bahwa pola rekrutmen mereka itu biasanya mereka gunakan internet, media cetak yang mereka buat sendiri, media elektronik, kemudian juga medsos. Lalu ada pengajian-pengajian khusus," ungkapnya.
Lebih lanjut, Martinus menerangkan pergerakan kelompok teroris ini rata-rata memiliki satu tujuan utama.
Diantaranya, penegakan syariat Islam dan mendirikan negara khilafah di Indonesia.
"Ujung pergerakan itu adalah penegakan syariat dan bentuk atau mengubah sistem negara menjadi sistem khilafah, meninggalkan ideologi kita yang bisa mengakomodir semua perbedaan yaitu pancasila dan kita melihat mereka mencoba mengubah sistem negara atau ideologi negara dengan ideologi yang mereka yakini," tukasnya.
Manfaatkan Momentum Taliban
Kelompok teroris yang biasa beraksi di Indonesia mulai terendus membahas kemenangan Taliban di Afghanistan.