News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kiai Adnan Panglima Damai Poso Berbagi Kisah: Poso Kini Hidup Damai Dalam Kemajemukan

Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kiai Adnan yang kini menjabat sebagai Penasihat Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Poso dalam acara bedah buku 'Muhammad Adnan Arsal, Panglima Damai Poso' di Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), Sabtu (18/9/2021).

"Kami sabagi anak bangsa geram, apa perlu pemuda Poso naik ke Gunung Biru, tumpas itu para pemberontak, kalau sudah selesai kami kembalikan senjata kepada negara," ungkapnya.

"Kami (masyarakat Poso) menderita selama kelompok teror di Gunung Biru belum diselesaikan oleh negara," imbuhnya.

Sementara itu, Wakil Bupati Bima Dahlan M. Noer menyampaikan, kini sudah kurang tepat Kiai Adnan Arsal menyandang gelar Panglima Muslim Poso, karena saat ini Poso sudah damai, tidak ada lagi konflik yang terjadi.

"Saat ini kita panggil saja Panglima Perdamaian Kiai Adnan Arsal, tokoh yang akan selalu menjaga perdamaian di Poso," ujar Wakil Bupati Dahlan. 

Oleh karena itu, arah perjuangannya dimaksudkan untuk selalu menjaga kerukunan dan kedamaian di Poso. 

Menurut Dahlan, apa yang dilakukan Kiai Adnan harus menjadi inspirasi bagi seluruh warga Bima untuk selalu menjadi pihak yang mengedepankan perdamaian, kerukunan ketimbang konflik di tengah masyarakat.

Pasalnya, meski Bima relatif kondusif, bukan berarti potensi konflik tidak ada. 

Versi Dahlan, konflik hadir akibat kelalaian dan masalah sepele yang tidak terselesaikan dengan baik. 

Oleh karena itu, Wakil Bupati menilai perlu semua pihak untuk menahan diri dan mengedepankan motivasi perdamaian agar tidak terjadi konflik di wilayah Bima.

"Kita harus mencontoh teladan Kiai Adnan Arsal dalam memperjuangkan perdamaian di Poso, terpenting tidak ada ruang untuk konflik di Bima," tegasnya.

Kiai Adnan Arsal memilih Bima sebagai lokasi bedah buku lantaran pada saat terjadinya konflik di Poso, banyak warga Bima yang memilih berangkat ke Poso untuk ikut angkat senjata dalam konflik tersebut. 

Oleh karena itu, dengan bedah buku ini diharapkan warga Bima dapat memahami bahwasanya konflik Poso dapat berujung dengan damai dengan pendekatan dialog. Karena pada dasarnya konflik hanya membawa petaka bagi bangsa dan negara.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini