”Kalau begitu berarti ancaman kedepan kita bisa kekuaran pangan. Dan kalau kita kekurangan pangan atau ketanahan pangan kita rapuh maka negeri kita juga akan rapuh,” tuturnya.
Di sisi lain, Gus Jazil juga mengkritisi banyaknya permainan kartel di berbagai komoditi pertanian yang menyebabkan petani kita tidak berdaya.
”Banyak produk pertanian yang itu menjadi game politik dalam konteks tata niaganya. Kartel ada di gula, kartel ada di kedelai, di bawang putih, kartel juga ada di daging. Ini semua masalah sehingga petani kita kemudian tidak mampu untuk bisa berdaya,” tuturnya.
Menurutnya, kebijakan tata niaga pertanian ini sangat penting untuk menjadi perhatian pemerintah. Sebab, sering kali ketika petani panen, kemudian harganya jatuh.
”Tata niaga itu penting. Kebijakan menyangkut harga komoditas pertanian, distribusi dan penjualan hasil pertanian itu penting,” urainya.
Oleh sebab itu, Gus Jazil menegaskan bahwa faktor implementasi kebijakan pertanian menjadi sangat penting.
Pihaknya mendorong Gerbang Tani untuk menjadi bagian dalam mengkritisi sekaligus mengoreksi dan mengawasi semua implementasi dari semua kebijakan pertanian, baik kebijakan dalam hal pengadaan bibit, kebijakan lahan, anggaran, termasuk tata niaga pertanian.
”Hari ini muncul porang, orang mengejar porang. Saya bahkan bertanya dimana komoditas pertanian Indonesia yang menjadi unggulan. Mana tanaman pangan yang kemudian bisa menjadi andalan dari petani Indonesia.
Sesungguhnya kebijakan pertanian kita itu cukup bagus, alokasi anggaran meskipun belum maksimal itu sudah ada, tetapi tata niaga, pembinaan kepada petani, mengatur komoditas-komoditas yang ditanam di setiap wilayah itu yang belum cukup baik,” katanya.
Gus Jazil berharap Gerbang Tani menjadi pelopor atau perintis kembalinya Indonesia menjadi negara agraris yang berwibawa dan betul-betul menghasilkan komoditi-komoditi pertanian andalan dunia, serta menjadi sentrum kekuatan pertanian dan pangan dunia.