Lebih lanjut, belajar dari sejarah Partai Buruh sebelumnya, Pangi menilai Partai Buruh belum pernah menjadi kekuatan yang diperhitungkan di parlemen.
"Partai Buruh di Indonesia kalau kita lihat dari sejarah masa lalu tidak pernah muncul menjadi kekuatan mayoritas yang mewarnai peta politik nasional."
"Hanya berdiri menjadi partai, lalu layu kembali sebelum berkembang," ungkapnya.
Partai Buruh selama ini dinilai tidak pernah eksis.
"Keberadaannya selama ini antara ada dan tiada, hidup mati," ujar Pangi.
Baca juga: Baru Dideklarasikan, Said Iqbal Ungkap Sumber Pendanaan Partai Buruh: Iuran Rp 50 Ribu per Orang
Tak Bisa Hanya Suara Buruh
Pangi juga menilai, selama Partai Buruh hanya berharap suara dari buruh, sulit bagi partai untuk leading dan punya kans menjadi partai berkelas yang punya bergaining dan diperhitungkan dalam kekuatan peta politik Indonesia.
"Untuk mengatasi tersebut, sebetulnya menurut saya Partai Buruh jangan sampai seperti Partai Buruh sebelumnya, yaitu hanya partai yang segmen pemilihnya dibatasi," ungkap Pangi.
Partai Buruh harus memiliki langkah dan terobosan canggih bagaimana segmen dan nilai perjuangannnya dari kolom kecil menjadi segmen pemilih kolom besar.
"Maksudnya kalau hanya Partai Buruh mengaharapkan garapan pemilih dari kalangan buruh, ini kolom kecil, berfikir keras pimpinan Partai Buruh untuk memperluas kolom segmen sehingga partai menjadi besar," ungkapnya.
Said Iqbal Presiden Partai
Sementara itu dikutip dari laman KSPI, Saiq Iqbal terpilih secara aklamasi karena tak ada nama calon yang mengajukan jadi ketua partai itu.
"Presiden Partai Buruh untuk periode 2021-2026 adalah Said Iqbal, yang setuju angkat tangan,” kata pimpinan sidang paripurna Kongres IV Partai Buruh, Senin (4/10/2021).
Alasan mendasar berdirinya Partai Buruh setelah 5 tahun istirahat adalah karena adanya UU Cipta Kerja atau Omnibus Law.