TRIBUNNEWS.COM - Mantan Panglima TNI, Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo, buka suara mengenai sosok KSAD Jenderal Andika Perkasa, yang menjadi calon tunggal Panglima TNI pilihan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Menurut Gatot, sosok Jenderal Andika Perkasa memiliki keunggulan tersendiri dari segi kompetensi dan profesionalisme.
"Berdasarkan kompetensi dan profesionalisme beliau punya keunggulan-keunggulan tersendiri," kata Gatot, dikutip dari tayangan Youtube tvOne, Kamis (2/11/2021).
Gatot kemudian menjelaskan keunggulan yang dimaksud karena pengalamannya dahulu pernah bekerja dengan Andika Perkasa.
Menurut Gatot, Andika adalah sosok yang mampu menyelesaikan tugas dengan hasil melebihi harapannya.
"Kalau beliau diberi tugas, beliau menyelesaikan dengan baik melebihi dari yang saya berikan kepada yang lainnya."
"Saya sebagai komandan memberikan tugas kepada seseorang, apabila bisa menyelesaikan tugas melebihi apa yang saya harapkan, saya pikir itu sudah kompetensi yang sangat luar biasa," ungkap Gatot.
Baca juga: Jenderal Andika Perkasa Jadi Calon Panglima TNI Pilihan Jokowi, Gatot Nurmantyo: Sangat Tepat
Bahkan, dari kemampuannya itu, Gatot sempat mengajukan promosi pangkat Andika Perkasa menjadi kolonel.
Namun keinginan tersebut tidak terlaksana karena beberapa alasan.
Pengalaman itu terjadi saat Andika Perkasa masih menjadi anak buahnya di Kodiklat TNI AD.
"Sewaktu Jenderal Andika Perkasa masih Letkol dan di Kodiklat saya sebagai Komandan Kodiklat, saya tidak perlu menjelaskan secara detail, tapi saya pada saat itu mengajukan Pak Andika untuk bisa naik pangkat mendahului teman-temannya menjadi kolonel, tetapi karena suatu hal saya gagal menaikkan beliau jadi kolonel," ujar Gatot.
Untuk itu, Gatot menyambut baik terpilihnya Andika Perkasa menjadi calon Panglima TNI.
Ia juga menyebut Andika Perkasa sangat tepat untuk dijadikan calon Panglima TNI.
"Saya menyambut baik pilihan Bapak Presiden untuk memilih KASAD Jenderal TNI Andika Perkasa menjadi Panglima TNI."
"Ditinjau dari segi kompetensi, profesionalisme, dan regenerasi TNI sangat tepat," kata Gatot.
"Sedangkan pertimbangan lain tentu sepenuhnya menjadi prerogatif presiden," tambahnya.
Gatot menyebut, akan ada banyak tantangan yang harus dilalui dalam masa kepemimpinan Jenderal Andika Perkasa selama satu tahun kedepan.
Satu di antaranya adalah persoalan terkait KKB di Papua.
Baca juga: Hari Ini Komisi I DPR Gelar Rapat, Putuskan Kapan Fit and Proper Test Jenderal Andika Digelar
"Kurang lebih beliau satu tahun kedepan, waktu yang relatif singkat Pak Andika dihadapkan dari berbagai tantangan yang tidak ringan."
"Terkait dengan dinamika lingkungan strategis, khususnya dengan dinamika yang ada di dalam negeri kita seperti masalah Papua," ungkap Gatot.
Selain terkait persoalan Papua, Gatot juga menyoroti pembangunan basic militer di pulau terluar Indonesia yang belum terselesaikan.
"Kemudian juga masalah belum tuntasnya pembangunan basic-basic militer."
"Pulau terluar yang pernah saya sampaikan yaitu Natuna, lebih fokus lagi, kemudian tentang Blok Masela, ini merupakan fokus yang bisa ditunggu dalam satu tahun," ujarnya.
Gatot menambahkan, dari semua tantangan yang akan dihadapi, persoalan tentang Papua menjadi yang terberat.
Namun Gatot meyakini kredibilitas dari Jenderal Andika Perkasa mampu untuk menghadapinya.
"Saya yakin Pak Andika bukan panglima yang bodoh tidak akan membiarkan musuh untuk berkonsilidasi, itu keyakinan saya tentang kredibilitas Pak Andika," tutur Gatot.
Baca juga: Fraksi PAN Beberkan Pekerjaan Rumah untuk Jenderal Andika Perkasa Sebagai Calon Panglima TNI
Pertimbangan Jokowi Pilih Jenderal Andika Perkasa
Sebelumnya diberitakan Tribunnews.com, Pengamat Pertahanan, Keamanan, dan Intelijen Susaningtyas Nefo Handayani Kerta mengungkap dua hal yang menjadi pertimbangan Presiden Joko Widodo (Jokowi) memilih KSAD Jenderal Andika Perkasa sebagai calon Panglima TNI.
Menurut Suaningtyas, persoalan rotasi matra dalam penunjukan calon Panglima TNI tak perlu dibahas lebih jauh.
Berdasarkan Pasal 13 Ayat 4 UU TNI Nomor 34 Tahun 2004 memang mengamanatkan jabatan Panglima TNI dapat dijabat oleh Pati aktif yang sedang atau pernah menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan.
"Artinya KSAD, KSAL, dan KSAU memiliki peluang yang sama untuk menjabat Panglima TNI."
"Meski harus bergantian namun pada kenyataannya Presiden yang menentukan siapa yang akan menjabat."
"Hak prerogatif presiden tersebut memang tidak dapat diintervensi oleh siapapun," kata Susaningtyas, Rabu (3/11/2021).
Meski demikian, ia melihat pengusulan Andika oleh Jokowi bisa jadi karena mempertimbangkan dua hal.
Pertama, pertimbangan kebutuhan organisasi TNI dalam kurun waktu ke depan sebagai bagian modernisasi alutsista.
"Sehingga dibutuhkan kemampuan manajemen tempur dan diplomasi militer yang handal," kata dia.
Kedua, Jokowi mungkin mempertimbangkan perkembangan lingkungan strategis pada tataran global dan regional.
Dibutuhkan sosok Panglima TNI yang memiliki dampak penangkalan bagi petinggi militer internasional.
"Penting sekali jika Panglima TNI disegani dunia internasional. Andika termasuk perwira yang cerdas serta memiliki wibawa di mata internasional dan memahami TNI keseluruhan, bukan hanya matranya," katanya.
Baca juga: Jenderal Andika Jadi Calon Panglima TNI, Komisi I DPR: Dia Memenuhi Unsur sebagai TNI Profesional
(Tribunnews.com/Maliana/Vincentius Jyestha Candraditya)