Dugong ini berukuran besar, panjang tubuhnya bisa mencapai 3 meter dengan berat 450 kg.
Dugong betina cenderung sedikit lebih besar dari dugong jantan.
Kulit dugong tebal dan halus dengan warna pucat ketika masih bayi, menjelang dewasa dan bagian perut dengan warna yang lebih terang.
Selain itu, dugong juga berumur panjang, bisa hidup sampai 70 tahun.
Ia merupakan satu-satunya mamalia laut pemakan lamun, dan turut menyeimbangkan ekosistem lamun.
Moncongnya yang tebal berbentuk bagai tapal kuda, menghadap ke bawah dengan bibir tebal yang ditumbuhi bulu-bulu kasar bagai sikat.
Bulu-bulu kasar ini merupakan organ yang sangat sensitif yang digunakannya untuk mencari makan.
Dugong mempunyai sepasang sirip yang tebal dan bertulang bagai lengan dan jari-jari, yang dapat berfungsi sebagai dayung penyeimbang ketika berenang.
Saat dugong mencari makan di dasar laut, sirip tebalnya akan menopang tubuhnya untuk merayap.
Di ketiak kedua siripnya terdapat puting susu, karena dugong termasuk Class Mamalia yang mempunyai karakterisktik menyusui anaknya.
Baca juga: 5 Hewan Endemik Sulawesi yang Kini Terancam Punah, Anoa hingga Tarsius
Baca juga: Ciptakan Pemerataan, KKP Terapkan Konsep Penangkapan Ikan Terukur
Kemudian, lubang hidung dugong terdapat di bagian atas kepala dan mempunyai katup yang dapat menutup dengan kedap saat ia menyelam.
Saat dugong naik ke permukaan untuk menarik napas, hanya ujung lubang hidungnya yang akan muncul di permukaan.
Mata dugong berukuran kecil, dan saat di dalam air yang acapkali keruh, pandangannya sangat terbatas.
Dugong atau duyung ini dapat ditemukan di sepanjang cekungan Samudra Hindia dan Pasifik.