Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hingga saat ini masih belum diketahui siapa yang akan mengisi jabatan Panglima Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat (Pangkostrad) setelah Jenderal TNI Dudung Abdurachman resmi menjabat Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD).
Pengamat militer dari Universitas Paramadina Anton Aliabbas menjelaskan kecenderungan pejabat Pangkostrad sejak reformasi dan kriteria ideal sosok yang akan mengisi jabatan tersebut saat ini.
Secara normatif, kata dia, perwira tinggi berpangkat Mayor Jenderal mempunyai peluang untuk dipromosikan menjadi Pangkostrad.
Meski demikian, menurut Anton mereka yang berpangkat Letnan Jenderal juga dapat ditugaskan menjadi Panglima Kostrad.
Sejak reformasi bergulir, lanjut dia, setidaknya telah ada 20 perwira tinggi yang menjabat posisi Panglima Kostrad.
Dari data tersebut, kata Anton, setidaknya dapat dilihat beberapa kecenderungan.
Terkait riwayat jabatan sebelum menjabat Pangkostrad, menurutnya mayoritas adalah Panglima Kodam (75%), Komandan Kodiklat TNI AD (20%), dan lain-lain (5%).
Baca juga: Panglima TNI Andika Perkasa Akan Menghadap Presiden Jokowi Soal Usulan Wanjakti Pangkostrad Baru
Namun, apabila melihat lebih detil asal kewilayahan Panglima Kodam, kata dia, maka Kodam Jaya dan Kodam Siliwangi merupakan dua jabatan terbesar penyumbang sosok Pangkostrad yakni 40% dan 33,3%.
Selain itu, kata dia, jejak kualifikasi satuan tempur seorang Pangkostrad pun cukup beragam.
Mereka yang berasal dari internal Kostrad, kata Anton, mencapai 35%, disusul dari batalyon Infantri (25%), batalyon Lintas Udara (25%), dan dari Kopassus (15%).
Sementara terkait sosok pejabat pengganti Pangkostrad, kata Anton, mayoritas merupakan lulusan akademi militer yang lebih muda dari pejabat pendahulu yakni 57,9%.
Baca juga: Sosok Faye Simanjuntak, Ayahnya Disebut-sebut akan Jadi Pangkostrad Baru, Aktivis sejak SD
Sedangkan pejabat pengganti yang merupakan lulusan akmil, menurutnya lebih senior dari pendahulu mencapai 31,6% dan pejabat pengganti merupakan teman seangkatan akmil mencapai 10,5%.
"Tentu saja kecenderungan ini bukanlah suatu pakem yang harus ditaati ataupun diikuti. Mengingat jabatan Panglima Kostrad adalah strategis, maka penunjukan figur yang tepat harus tetap mempertimbangkan riwayat penugasan, kebutuhan organisasi dan dinamika ancaman strategis," kata Anton ketika dihubungi Tribunnews.com, Senin (22/11/2021).