"Yang namanya potensi itu kan tidak bicara masalah waktu. Kapan terjadinya, apakah dalam waktu dekat atau 100 tahun ke depan, itu yang kita belum tahu," kata Danny kepada Kompas.com, Jumat (4/6/2021).
Ia menuturkan, serangkaian gempa yang terjadi di beberapa daerah di Jawa Timur tidak berhubungan dengan megathrust itu.
Danny justru lebih mengkhawatirkan potensi gempa di barat Padang.
"Di Padang beberapa waktu lalu ada gempa-gempa, itu kami benar khawatir karena di situ megathrust-nya," jelas dia.
"Sumber gempa besarnya sudah di siklus akhir, bahkan sudah dalam periode pelepasan. Walau demikian, kita tidak bisa bilang apakah dalam waktu dekat, minggu, bulan, tahunan, atau puluhan tahun," sambung dia.
Terlepas dari itu, Danny mengingatkan agar masyarakat tidak khawatir mengenai waktu terjadinya gempa dan tsunami itu.
Hal yang terpenting adalah mempersiapkan diri dengan pengatahuan mitigasi kebencanaan, sehingga dapat meminimalisasi terjadinya korban.
Sayangnya, ia menyebut mitigasi bencana di wilayah selatan Jawa masih kurang.
"Bahkan kebalikannya, akhir-akhir ini ada aktivitas, seperti tambak udang di pantai. Di Jogja tiba-tiba bikin bandara pinggir pantai. Itu yang harus menjadi perhatian," ujarnya.
"Pemerintah seharusnya membuat masyarakat lebih aman di masa depan," ucapnya.
BMKG mencatat ada tren aktivitas gempa selama 5 tahun terakhir di Jawa Timur.
Generator gempa di Jatim bersumber dari zona subduksi lempeng di Samudera Hindia dan sesar aktif di daratan.
Sebagai daerah yang berhadapan dengan zona subduksi, maka pantai selatan Jatim berpotensi dilanda tsunami.
Adanya zona seismik gap di pantai selatan Jatim menurut BMKG juga patut diwaspadai.
Hal ini dikarenakan zona tersebut seharusnya aktif terjadi gempa, tetapi jarang terjadi gempa signifikan dalam jangka waktu yang lama.
Artikel ini tayang di Kompas.com dengan judul Ramai Potensi Gempa dan Tsunami 29 Meter di Jatim, Ini Kata Ahli LIPI