Semula sang suami bekerja di Semarang kemudian beberapa tahun tinggal di Wonosobo.
Setelah itu, dokter Sukonto bekerja di beberapa tempat, di antaranya Plaju (Sumatra Selatan), Yogyakarta, Jakarta, Banjarnegara, dan Bandung.
Sang suami, Sukonto adalah dokter perusahaan minyak Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM) di Plaju, wilayah yang masih sangat sepi saat itu.
Letaknya di tengah hutan lebat, sulit dijangkau antara daerah satu dengan lainnya, dan di situ masih dihuni oleh orang-orang Kubu.
Oleh karena itu, dokter Sukonto mencoba mengusulkan Nyonya Sukonto untuk suka belajar membaca dan menulis huruf Latin guna menghilangkan rasa kesepian.
Berkat kemauannya, Nyonya Sukonto telah lancar membaca dan menulis huruf Latin.
Setelah itu, dokter Sukonto mendatangkan surat kabar dan majalah agar isterinya lebih lancar membaca.
Dengan ketekunannya membaca surat kabar dan majalah, pandangan Nyonya Sukonto tentang dunia menjadi semakin luas.
Ketertarikan berorganisasi dan menjadi Ketua Wanito Utomo
Kemudian, pada suatu hari, Nyonya Sukonto mendapat kabar dari temannya di Pulau Jawa tentang kemajuan para wanita yang telah mulai berorganisasi.
Mengetahui kabar tersebut, Nyonya Sukonto sangat tertarik, niatnya makin besar untuk segera pindah ke Jawa.
Namun, harus menunggu habis kontrak kerja suaminya.
Pada tahun 1924, Nyonya Sukanto sekeluarga pindah ke Yogyakarta.
Dokter Sukonto kemudian bekerja pada pemerintah.