Karena pembawaannya yang baik kepada orang lain, Nyonya Sukonto mempunyai banyak kenalan.
Menurutnya, pandai mengendalikan diri dan ramah-tamah merupakan modal yang berharga pada dirinya sebagai seorang pemimpin.
Pada zamannya, anak-anak umumnya tidak mendapat kesempatan bersekolah, terlebih anak wanita yang dianggap cukup hanya memiliki pengetahuan dalam hal rumah tangga.
Keberhasilan bimbingan Nyonya Sukonto terhadap keluarganya tampak dari keberhasilan anak-anaknya dari sekolahnya.
Saat pertama kali keluarga Sukonto menetap di Yogyakarta, Nyonya Sukonto baru dapat menggabungkan diri pada salah satu organisasi yang bernama Wanito Utomo.
Organisasi ini merupakan suatu perkumpulan non politis yang didirikan ibu-ibu rumah tangga yang awalnya hanya berkecimpung dalam hal kesejahteraan wanita dan sosial.
Nyonya Sukonto sangat aktif dan bekerja sama dengan ibu-ibu perkumpulan tersebut, salah satunya adalah Nyonya Abdulkadir.
Dokter Abulkadir dengan dokter Sukonto merupakan satu angkatan sehingga antara kedua keluarga ini sangat akrab.
Atas usaha Nyonya Sukonto dan Nyonya Abdulkadir, organisasi Wanito Utomo dapat berkembang dengan lancar.
Berkat keaktifan serta lancar bicara, Nyonya Sukonto terpilih menjadi ketua Wanito Utomo.
Ia berusaha keras meningkatkan derajat kaum perempuan dengan jalan memberikan kursus-kursus yang diberikan di rumahnya, di daerah Tugu Kulon dekat Pasar Kranggan.
Kongres Perempuan Pertama
Kongres Perempuan Pertama menjadi suatu peristiwa penting dan bersejarah bagi bangsa Indonesia.
Kongres ini berlangsung pada 22-25 Desember 1928 di Dalem Joyodipuran Yogyakarta.