News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Hari Ibu

Hari Ibu 22 Desember: Profil Ketua Kongres Perempuan Pertama, Nyonya Sukonto yang Peduli Perempuan

Penulis: Katarina Retri Yudita
Editor: Tiara Shelavie
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Nyonya Sukonto, Ketua Kongres Perempuan Pertama

TRIBUNNEWS.COM - Berikut profil ketua Kongres Perempuan Pertama, Nyonya Sukonto yang peduli perempuan.

Nyonya Sukonto memiliki nama kecil Siti Aminah, lahir di Klegen, Temanggung, Jawa Tengah.

Ayahnya bernama R. Ng. Duryat Sastromijoyo dan ibunya bernama Kustiyah.

Siti Aminah adalah anak keempat dari sembilan bersaudara.

Baca juga: Sejarah Hari Ibu Nasional 22 Desember dan 20 Quotes Perayaan Hari Ibu, Cocok Jadi Caption Instagram

Waktu kecil, Siti Aminah tidak mengikuti pendidikan secara formal di sekolah seperti kakak-kakaknya.

Lain halnya adik-adik Siti Aminah yang berkesempatan sekolah.

Pada waktu Siti Aminah kecil, orang pada umumnya berpendapat bahwa anak perempuan cukup diberi pendidikan di rumah saja yaitu mengaji, sembahyang, membaca Al Qur'an, dan membaca serta menulis huruf Jawa.

Hal ini membuat Siti Aminah yang tinggal bersama orang tuanya belum dapat membaca dan menulis huruf latin.

Belajar membaca dan menulis huruf latin setelah menikah

Berdasarkan data dari buku BIOGRAFI TOKOH KONGRES PEREMPUAN INDONESIA PERTAMA (1991), ia baru belajar membaca dan menulis huruf latin setelah menikah.

Berkat dorongan suaminya dan atas kemauannya yang kuat, akhirnya Siti Aminah pandai membaca dan memiliki pengetahuan yang luas.

Pada 7 September 1907, Siti Aminah menikah dengan dokter Sukonto, seorang dokter lulusan STOVIA (School Ter Opleiding van Inlandsche Arsten) Batavia (Jakarta).

Mereka dikaruniai tujuh orang anak, empat laki-laki dan tiga wanita dan berhasil menyelesaikan pendidikan pada AMS-A, AMS-B, HBS, PAMS/Sekolah Guru Menengah, dan salah satunya tamat AMS juga tamat Sekolah Analis Kimia di Bandung, pada zaman Belanda.

Setelah menikah, Nyonya Sukonto mendampingi sang suami dalam melaksanakan tugas beratnya dan merasa kesepian karena sering ditinggal bekerja oleh sang suami, terlebih saat bertugas pedalaman.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini